"HIYAAAHHHH!" teriak Alvaro ala-ala protagonis ketika pengen nyerang musuh.
Kakeru menatap Alvaro yang berlari ke arahnya sambil mengangkat alisnya, berpikir : "Apaan si teriak-teriak gaje. Ga level deh."
Kakeru dengan mudah menghindar dari serangan Alvaro yang bagaikan bocil sedang main pedang-pedangan /silat-silatan.
Sementara para ciwi yang masih dibekukan oleh cahaya Alvaro hanya bisa menyaksikan dalam diam. Tapi, untung masih bisa bergosip dan berjulid ria.
"Pst!" Kiprang memanggil Estrogen.
"Apa?" sahut Estrogen.
"Gimana ini? Masa diam aja?" Kiprang tidak nyaman hanya jadi sekadar penonton, meski dulu saat terjadi pertengkaran di sekolah, dia berperan sebagai reporter dadakan.
"Ga bisa gerak." Estrogen menyampaikan halangan pertama mereka dan yang paling masuk akal. "Bahkan Dukuniwati gak gerak dari tadi."
Dukuniwati berdiri diam, bahkan tidak merespons sama sekali. Lebih tepatnya memikirkan cara agar membantu Kakeru.
Pecel kali ini hanya bisa dilawan oleh lelaki normal, sementara seisi pasar dipenuhi para kaum perempuan dari yang abege hingga sudah menikah. Dukuniwati harus berpikir bagaimana cara agar dia masih bisa melawan tanpa menunjukkan pergerakan.
Sihir? Dia perlu menggerakkan tangan.
Tunggu, dia bisa merapalkan mantra, meski tidak yakin apakah efektif atau tidak.
Kiprang dan Estrogen merasakan aura anu dari Dukuniwati. Mereka menatap penyihir berambut neopolitan itu sambil berharap cemas.
Benar saja, Dukuniwati sudah komat-kamit mengucapkan mantra.
Estrogen yang melihatnya pun tidak bisa menahan diri, "Eneng Mbah Dukun, sedang ngobatin pasiennya~" ujarnya masih dengan posisi membeku.
Dukuniwati, sambil komat-kamit, menatap Estrogen dengan tatapan mengancam yang jika diartikan : "DIEM LU BOCIL!"
Estrogen menyengir, "Sambil komat-kamit mulut Mbah Dukun baca mantraaa!" lanjutnya, kali ini lebih keras.
"Dengan segelas Air Putih lalu Pasien disembur!" sahut Kiprang, mengipasi api.
"PYUHHH!" teriak keduanya.
Emosi mendengarnya diledek (mentang-mentang tidak bisa bergerak), Dukuniwati mengumpulkan seluruh tenaga dalam dirinya. Mata merah jambunya bersinar terang.
Alvaro yang sibuk menangkis serangan dari Kakeru dan sebaliknya, seketika diam melihat cahaya di depannya.
"Apa tuh?" heran Alvaro sambil menunjuk.
Kakeru yang mengira itu tipu daya, tetap diam di posisi yang sama. Sebelum akhirnya cahaya merah jambu yang keluar dari badan Dukuniwati melesat ke arah Kakeru dan ...
CETAR!
Alvaro terpental, meski yang terkena cahaya adalah Kakeru. Dia terguling dengan estetik sebelum kembali berdiri dan menatap tajam lawannya.
Tubuh Kakeru dipenuhi dengan cahaya merah jambu. Sementara dia kini memegang sebilah pedang bewarna yang sama. Dalam diri, dia merasakan kekuatan dahsyat merasuk. Seolah baru saja diberi motivasi.
Baju yang dia kenakan berupa baju zirah kelabu menyamakan warna rambut dengan sedikit motif bunga-bunga ungu biar estetik. Dengan tatapan dingin, memandang Alvaro yang tercengang.
Di mata semua orang, terpampang tulisan di sekitar Kakeru.
[KESATRIA ANDALAN SANG DUKUN : TUKANG GALI KUBUR]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
ФэнтезиKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...