"Aduh ..." erang Kamito sambil memegang kepalanya yang cenat-cenut bagaikan ingin terbelah dua. Dia kemudian tersadar bahwa ada seseorang yang memanggilnya dan menoleh ke orang tersebut.
Dia mendapati sebuah wajah asing sedang menatapnya dengan terkejut dan mulut sedikit menganga.
"Eh? Siapa?" Kamito sungguh tidak mengenalnya.
Kiprang masih mengutak-atik senter yang menurutnya tidak berubah sedikit pun. Sementara Kakeru dan Dukuniwati masih menatap dua sosok tadi dengan waspada.
Estrogen terkesiap ketika mendengar pertanyaan Kamito.
"Karma tuh, Gen. Lu lupain dia, dia juga ngelupain lu yahahaha ...!" komentar Kiprang dengan nada mengejek.
Kamito ikut terkejut setelah mendengar ucapan Kiprang. Gen? Estrogen? Estrogen katanya?
"Kamu siapa, yah?" tanya Kamito dengan polos.
Malah dibalas dengan suara bengek Kiprang. "Mampos ga kenal!"
Kamito jadi tersinggung. "Di mana gurita itu?!"
"Weh, weh, santai!" Kakeru berusaha menenangkan Kamito. "Ada keperluan apa ke sini?"
"Sok formal! Aku mencari seseorang yang telah dzalim kepadaku!" seru Kamito.
Ceri yang sedari tadi bingung hanya menatap Kamito dengan bengong.
"Ya, santailah!" sahut Dukuniwati. "Nanti dipanggil ... Eh, siapa tadi?"
Kamito geram sampai gusinya sakit. "ESTROGEN! DI MANA DIA?!"
Estrogen yang masih dalam wujud lelaki hanya diam memandangi tokoh yang dia lupakan entah berapa bab lamanya.
Karena tidak ada yang menyahut, Kamito malah menodong pistol panjang ke arah mereka semua. "Siapa juga lelaki ini? Saudaranya? Di mana Estrogen? Katakan di mana dia sebelum aku habisi!"
"Heee ... Santai!" Estrogen mengangkat tangan, tanda menyerah. "Estrogen ... Dia ..."
"Cepat katakan atau kuhabisi kalian!" ancam Kamito. Lalu, dia menyadari sesuatu. "Tunggu, barusan si Pinky Girl itu menyebutmu 'Gen' artinya kamu Estrogen?!"
Big brain.
"Astaga, Estrogen mah cewek," sanggah Kiprang. "Ini cowok. Masa situ lupa gender penciptanya? Tak heran dilupakan."
Kamito geram. "Di mana Estrogen? Hei, Ceri! Kenapa diam saja?!"
"Kamu dari tadi bacot mulu!" Ceri membela diri. "Habisi saja mereka, nanti datang sendiri si Estrogen!"
"Eh eh! Gak boleh gitu, Cantik. Kekerasan nggak dibolehkan di rumah ini," tegur Dukuniwati.
Kamito yang semakin geram pun kembali berteriak. "Makanya cepetan spill di mana si Gurita! Atau mau kutembak, nih?!"
Hening.
Melihat keempat orang di depannya terdiam lagi, Kamito pun berucap, "Satu!"
"Dua!" sahut Kiprang, mengira Kamito sedang mengabsen mereka.
"AGHHHH!" teriak Kamito kesal, merasa dipermainkan.
Estrogen, subjek utama dari puncak komedi ini hanya menghela nafas. Dia sedang berusaha menahan tawanya.
Dengan suara bergetar, Estrogen berucap kepada Kamito. "Gini ya, Ganteng. Pengen ketemu Estrogen nggak?" ujarnya.
"Ya, iyalah pengen! Pakek nanya lagi!" jawabnya kesal.
"Turunin dulu senjatanya ya. Pinter..." Hampir saja dia berucap 'Utututuuu.'
"Turunin guritanya!" sahut Kamito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
FantasyKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...