🗡 3 🗡

76 24 37
                                    

Mereka pun makan. Aneh, Dukuniwati sepertinya lupa kalau mereka tidak pernah makan daun sebelumnya. Dia hanya menyerahkan sejumlah biji-bijian, serangga dan daun untuk dimakan.

"Kami tidak makan ini di kampung, tapi semua untuk kalian," jelas Dukuniwati.

"Astatank."

Kiprang frustrasi, namun tetap makan meski berlinang air mata. Setidaknya daun adalah bagian dari kehidupan. Kamu tahu, ketika kita mati, tubuh kita akan jadi "pupuk" bagi tumbuhan terutama rerumputan. Lalu, hewan herbivor akan memakannya dan kita juga yang akan memakan mereka. Jadi, jika Kiprang makan daun bisa disebut kanibalisme.

"Oi, Estrogen, makan, nggak?" Kiprang colek Estrogen.

"Gak." Estrogen menahan air matanya.

"Aelah, Bocah. Makan aja napa?" sahut Dukuniwati.

"Gak!" seru Estrogen lagi, kali ini pipinya menggembung dan air matanya hampir merembes keluar. Entah kenapa kelihatan seperti salah satu karakter dari Anime yang belum ditonton Estrogen.

Kiprang hanya bisa menatap temannya yang hari ini selalu sial dengan miris, merasa kasihan.

Kiprang mengusulkan ide. "Nangkap ikan di sungai aja gimana, Gen? Mau ga?"

Estrogen menoleh menatap Kiprang, "Emang dekat sini ada sungai?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

Kiprang menganggukkan kepalanya, "Tadi gue liat pas lagi di hutan, yang dekat rumah tadi itu loh."

Kiprang bertanya lagi. “Mau ga?”

Estrogen mengangguk dengan mata yang masih berkaca-kaca dan berjendela.

"Hmm~" Dukuniwati pun memanggil. "Kakeru-san!"

Pria berambut putih itu kembali muncul, wajahnya tidak terlalu berseri.

"Bantu anak ini mancing!"

Kakeru melirik Estrogen dan Kiprang. Ia keluar, sebagai isyarat menyuruh ikut.

Keduanya pun pergi ke dalam hutan, menuju sungai.

***

"Ingat! Habis ini tugas kalian mengambil Pecel!" pesan Kakeru setibanya di sungai.

"Iya, iya, iya." Kiprang mendekat dan mencoba menusuk umpan.

Estrogen agak ragu ketika kakinya menyentuh air. Kiprang mendapat ide kejam.

Byuuurrr!

Terdengar bunyi air bertabrakan dan seruan Estrogen. Namun, perlahan hilang dan menjelma menjadi seekor gurita kembali.

Kiprang terkekeh. "Kamu nangkep ikannya, aku yang masak, ya."

"Eh sialan lu, Prang! Gue gak bisa berenang!" Estrogen muncul ke permukaan air dengan wujud guritanya.

Badannya bergerak-gerak bersamaan dengan seruan protesnya. Bayangkan saja sosok Ko*o-sensei yang sedang marah.

"Ya, 'kan, lu gurita. Masa gak bisa berenang? Please, tangan 'kan, delapan," sahut Kiprang yang sudah duduk di tepi sungai, terkekeh-kekeh melihat kesialan temannya.

"Lha, iya juga, ya."

Disaat seperti inilah Kiprang bersyukur dengan ke-goublog-an Estrogen.

Estrogen lalu dengan semangat menggerakkan delapan tentakelnya, menangkap semua ikan yang lewat di depannya.

WHOOOSHH!

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang