55. Selesai dan selamat tinggal

2.7K 172 88
                                    

Happy Reading!

...........

Semalaman Stela tidak terlelap. Tubuhnya ia biarkan tergeletak di lantai sepanjang malam.

Hati dan jiwanya sudah mati kini. Tidak ada lagi binar di matanya. Semuanya terasa masih sangat nyata. Sulit untuknya menerima kenyataan ini.

Namun, apa boleh buat? Hidupnya sejak awal memang ditakdirkan beriringan dengan luka. Luka yang tidak berbekas nyata tetapi menetap selamanya.

Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin yang memantulkan sosok bagai tubuh tanpa jiwa dan bagai raga tanpa nyawa.

Tubuhnya sudah memakai seragam sekolah di pagi buta seperti ini. Entah kenapa ia ingin datang ke sekolah lebih awal.

Tujuan utamanya tentu saja tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu.

Untuk sementara waktu ini ia tidak ingin melihat wajah itu lagi. Hatinya masih berdenyut sakit, entah kapan akan membaik. Tapi sepertinya tidak akan pernah.

Tidak ada seutas kata yang keluar dari mulutnya selama menuruni tangga. Saat berpapasan dengan Tyllo di atas pun ia tidak menyapa seperti biasanya.

Moodnya benar-benar sangat buruk sekarang. Rasanya ia ingin mengurung diri di kamar dan menangis seharian penuh. 

Tapi jika seperti itu hanya akan membuatnya terlihat seperti manusia paling menyedihkan, ia tidak akan melakukannya.

Ketika berada di undakan tangga terakhir, Stela berpapasan dengan Dodi yang sepertinya hendak berangkat ke kantor.

Sempat bersitatap beberapa saat sebelum akhirnya Stela memutuskan kontak mata dengan Ayahnya dan langsung berlalu keluar rumah tanpa sekedar pamit pada Dodi.

"Stela kenapa, Yah?"

Dodi menoleh pada Tyllo yang berdiri di sampingnya. Lantas pria itu menggelengkan kepalanya sekali. Pertanda tidak tahu.

"Ayah berangkat dulu. Belajar yang rajin!"

Tyllo menyalimi tangan Dodi sebelum Ayahnya itu berjalan meninggalkan dirinya sendiri.

"Hati-hati Yah!"

Meskipun raut wajahnya terlihat biasa saja, jauh di lubuk hatinya Dodi merasa penasaran dengan sikap Stela tadi. Tidak biasanya anak itu diam padanya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada anak itu? Masalah apa yang ia tidak ketahui tentang Stela kali ini?

Dodi mendesis. "Ngapain saya mikirin anak itu huh? Tidak penting."

>,<

"Kamu kenapa sih Vin? Aku dari tadi ngomong gak kamu tanggepin. Pokusnya sama ponsel terus. Bikin kesel aja!"

Liana memberenggut kesal. Sekitar dari 10 menit lalu ia mencoba mengajak ngobrol lelaki itu tapi tetap tidak ada balasan.

Rasanya ia seperti sedang mengajak ngobrol tembok. Huh! Menyebalkan.

"Ervin kamu dengerin aku ngomong gak sih?"

Laki-laki itu masih berkutat di ponselnya. Pasalnya, dari kemarin sehabis pulang sekolah, ponsel Stela tidak dapat dihubungi dan itu membuatnya khawatir.

Tidak biasanya Stela tidak memberinya kabar barang seuntai kata pun. Ini aneh, ia yakin terjadi sesuatu pada gadisnya itu.

Liana berdecak. Kesal karena terus diabaikan, ia langsung merebut ponsel Ervin dan memasukannya ke dalam saku seragamnya.

Hal itu membuat Ervin terkejut bukan main. Reaksi yang tidak pernah terbayangkan oleh Liana. Ervin terlihat sangat marah sekarang.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang