50. Khawatir

1.5K 122 233
                                    

Happy Reading!

.............

"Saya tutup rapat kali ini. Silahkan untuk bapak dan ibu guru sekalian kembali kepada tugasnya masing-masing."

Begitu Pak kepala sekolah bangkit, semua para guru ikutan bangkit dan sedikit membungkukkan badan guna memberi hormat pada kepala sekolah mereka.

Ketika semua guru ingin melangkahkan kakinya keluar ruangan, bertepatan dengan itu seorang murid perempuan muncul di balik pintu sehingga menyebabkan mereka semua terkejut.

Bu Tia yang mengetahui siapa murid tersebut segera menghampirinya.

"Ada apa kamu ke sini?"

Semua guru saling tatap dengan pandangan yang menyiratkan keheranan dan keingintahuan. Mereka semua saling bertanya-tanya menggunakan isyarat mimik wajah.

Merasa heran sebab baru kali ini ada seorang murid yang sedikit lancang ke ruangan ini bahkan sebelumnya tidak ada murid yang seberani dia. Mereka pikir pasti ini ada hal yang sangat penting.

Gadis itu masih berusaha menetralkan detak jantung juga deru nafasnya. Banyak keringat yang mengucur diarea pelipisnya. Itu semua terjadi akibat ia berlari dari lapangan hingga keruangan ini yang berada di lantai tiga.

Menarik nafas panjang lalu dalam satu tarikan nafas ia berkata, "Stela lagi di bully sama semua murid Bu."

Sontak saja semua guru disitu terkejut mendengar kabar ini. Bu Tia pun tidak kalah terkejutnya dengan guru yang lain, apalagi dia sempat menjadi wali kelas gadis itu selama satu tahun. Jadi, ia lumayan mengenal karakter Stela.

Yang jelas saat ini ia harus memastikan apakah yang diucapkan murid di depannya ini benar atau tidak.

"Semuanya, saya permisi dulu," ucap Bu Tia lalu matanya melirik gadis bermata sipit tadi. "Kamu ikut dengan Ibu dan beritahu dimana Stela di bully. Ayo, cepat!"

Kepergian Bu Tia dan murid tadi menggiring semua guru untuk mengikutinya dari belakang.

Selama dalam perjalanan menuju tempat yang dimaksud murid bermata sipit itu, Bu Tia tidak henti-hentinya berdoa agar Stela selalu dilindungi yang Maha kuasa. Tia menyayangi gadis itu selayaknya seorang Ibu pada anaknya.

Sifat Stela yang murah senyum, baik hati dan juga sopan membuatnya selalu senang berada didekat gadis itu.

Stela dapat membuatnya kembali merasakan kehadiran anaknya yang telah meninggal dunia sekitar umur 9 tahun karena suatu penyakit mematikan.

Ya Allah, Stela ... semoga kamu baik-baik saja. Saya merasa sangat khawatir dengan keadaan kamu.

"Stela dan yang lainnya ada di lapangan utama, Bu."

Bu Tia menghentikan langkahnya ketika melihat begitu banyak murid berkerumun di lapangan. Jantungnya berdetak sangat cepat, melihat banyak sampah berserakan di tengah tanpa sadar membuatnya geram.

"SIAPA YANG SUDAH MEMBUAT SEMUA KEKACAUAN INI, HAH?!"

Semua murid yang berada di sana lantas terpelonjak kaget. Mereka sangat terkejut melihat Bu Tia yang dikenal sebagai guru tidak pernah marah kini beliau berteriak tegas hingga urat lehernya tercetak jelas.

Bencana. Mereka semua menyebutnya seperti itu. Sebab, sekarang semua guru berada di sini. Terkecuali Pak kepala sekolah.

Banyak dari mereka yang ikut andil dengan kekacauan ini merasa ketakutan. Bahkan ada yang langsung melarikan diri dan bersembunyi di kantin.

Dasar pengecut.

"Ibu dengar, Stela di bully, iya?!" suara Bu Tia naik beberapa oktaf, sebagian murid yang tidak bisa melarikan diri terpaksa harus menerima konsekuensinya.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang