8. Seriously?

2.2K 297 45
                                    

Happy Reading!

...........


Stela terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, setelah matanya terbuka sempurna ia melirik jam weker di samping tempat tidurnya. Masih jam sebelas malam rupanya.

Stela merasa tenggorokannya kering, lantas gadis itu beranjak hendak ke dapur untuk meredakan haus yang melanda.

Tepat saat baru menutup pintu kembali, kepalanya menoleh ke samping kiri, tepatnya kamar sang Abang.

Pintunya sudah tertutup, mungkin Abangnya sudah tertidur.

Ia bernafas lega. Abangnya memang hidup dengan gaya sehat, tidak begadang seperti kebanyakan remaja seusianya.

Stela bergegas turun. Ia berjalan dengan sedikit terpincang-pincang. Ternyata tendangan yang Sinta berikan padanya sampai berbekas berwarna kemerahan tepat di pergelangan mata kaki dan lututnya.

Tidak hanya berbekas, ia juga baru merasakan ngilu pada kakinya saat selesai mandi sehabis cuci pakaian tadi.

Pada saat beberapa meter lagi sampai di dapur. Netra hitam Stela tak sengaja menemukan pintu ruang kerja Ayahnya yang terbuka dan lampunya masih menyala.

Ayah begadang lagi?  batin Stela.

Entah bisikan dari mana Stela memutar tujuannya. Ia berbalik dan melangkah perlahan menuju ruang kerja Dodi. Saat di ambang pintu Stela menghentikan langkahnya, ia menatap sekeliling.

Tempatnya bersih dan nyaman.

Mungkin tempat ini selalu dibersihkan, pikirnya. Padahal Stela tidak pernah lagi masuk keruangan ini.

Terakhir saat dirinya kelas X, dan pada saat itu ia berniat akan membersihkan ruangan ini. Namun naas, dirinya malah harus kena marah oleh Dodi. Karena katanya tidak sopan sembarangan masuk keruangan orang. Begitu yang diucapakan Dodi waktu itu.

Oleh sebabnya, sekarang Stela berjalan dengan hati-hati sekali agar tidak ketahuan. Sampai netranya menangkap satu objek yang begitu mencolok. Ya, Ayahnya yang sedang tertidur di atas meja dengan lengan sebagai bantalnya.

Ayah pasti ketiduran karena kecapekan. Batinnya bermonolog.

Stela segera menghampiri Ayahnya, ia memandangi wajah lelah sang Ayah.

Stela rasa, baru kali ini ia melihat wajah Dodi sedekat ini lagi setelah bertahun-tahun lamanya.

Stela kemudian duduk di kursi yang berada di samping Dodi. Menatap lamat-lamat wajah yang selalu ia rindukan kasih sayangnya, wajah bahagia milik Ayahnya yang selalu jadi candu baginya.

Stela mengangkat tangannya hendak mengelus rambut sang Ayah, namun tangannya hanya menggantung di udara.

Detik selanjutnya Stela mengurungkan niatnya. Takut Dodi akan terusik dan bangun kemudian memukulinya karena sudah lancang menyentuh wajahnya.

Stela segera menggelengkan kepalanya.

"Ayah jangan capek-capek, ya. Ayah harus sehat terus biar nanti bisa lihat Stela sukses di masa depan dan buat Ayah bangga."

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang