56. Kejadian tak mengenakkan

2.6K 163 95
                                    

Huaaa, maapin ya, kemarin itu cuma prank. Aslinya belum end kok, masih ada beberapa part lagi, ehehe.

Happy Reading!

.......

Terlepas dari rasa sakitnya karena sosok Ervin, ada perasaan lega yang kini menyelimutinya karena telah berhasil meluapkan semuanya di depan laki-laki itu.

Stela sudah muak dengan Ervin. Semudah itu kepercayaannya dipermainkan. Sial memang. Seharusnya dari awal dia memang tidak usah membuka hatinya dengan mudah pada laki-laki itu.

Oh, atau memang seharusnya dari awal dia bertahan pada prinsipnya untuk tidak mudah menerima laki-laki manapun.

Andai saja ia bertahan pda prinsipnya ... pasti rasanya tidak akan sesakit ini sekarang. Benar kata orang, penyesalan selalu datang di akhir.

Ayah ... hati Stela sakit Ayah. D–dia, dia nyakitin Stela.

Betapa ia sangat merindukan pelukan sosok Ayahnya sekarang. Ia ingin menangis di dalam dekapannya dan menceritakan hari-harinya yang terasa berat ini.

Tanpa sadar air mata kembali menggenang di pelupuk matanya, sekali berkedip saja sudah dipastikan air matanya akan berjatuhan.

Stela semakin mempercepat laju langkahnya sambil menunduk, menyembunyikan jejak air mata yang kini bahkan membentuk jejak baru lagi.

Saking cepatnya ia berjalan, Stela sampai menabrak tubuh seseorang yang kini terguling-guling di tangga.

Semua siswa yang berada di sana mememiik terkejut. Semua pasang mata dibuat terpaku pada sosok gadis yang kini tergeletak tak berdaya di bawah sana.

Kejadian itu sangat cepat dan terjadi begitu saja dalam hitungan detik.

Stela sendiri bahkan sampai tidak tahu harus berbuat apa. Kakinya tidak bisa digerakkan sehingga membuatnya hanya mampu berdiri, mematung menyaksikan kejadian barusan.

"STELA!"

Suara teriakan baru saja pun tidak berhasil membuatnya menggerakkan barang secuil pun anggota tubuhnya. Benar-benar kaku dengan pandangan kosong.

Bukan kah baru saja dirinya mencelakai seseorang? Dan orang itu ... orang itu—

"Lo keterlaluan La. Lo kejam."

Ervin menekankan setiap perkataanya tepat di depan wajah Stela yang setelahnya laki-laki itu menuruni setiap anak tangga dengan rahang yang bergetar.

Ia melihat semuanya. Awalnya memang ia berniat mengejar Stela dan meminta maaf pada gadis itu tapi apa yang baru saja ia lihat benar-benar membuatnya kalut.

Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Kenapa Stela tega melakukannya? Itulah satu pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya kini.

Ketika sampai di bawah, Ervin dengan tak sabarannya menerobos gerombolan siswa yang menurutnya sama sekali tidak berguna.

Bagaimana tidak? Seharusnya mereka menolong atau setidaknya mencari bantuan siapapun, bukan malah melihatnya seperti sesuatu yang patut dikerumuni.

Hal itu semakin membuat Ervin geram. Ia memejamkan matanya lalu berjongkok untuk menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit.

"E–ervin, aku, a–aku ...." Stela terbata, wajahnya memucat. Terlihat jelas ketakutan di kedua bola matanya.

Ervin yang hendak menggendong gadis itu pun langsung terhenti begitu suara Stela terdengar menyelinap di antara bisik-bisakan siswa lain.

"Aku gak sengaja, a–aku ... aku gatau harus apa sekarang. Aku bingung, aku takut." Stela kelabakan. Semua kata-kata tersumbat begitu saja di tenggorokannya.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang