59. Perjuangan berakhir

4.8K 229 127
                                    

Baca pelan-pelan ya, karena chapter ini panjang banget, hampir 4000 word.

Jangan lupa mulmed lagu yang sad.

Happy Reading!

...........

Matahari telah berganti menjadi bulan namun, mata itu masih senantiasa tertutup membuat semua orang yang berada di ruangan itu diselimuti kabung kesedihan.

Pandangan mereka semua terus terpusat pada tubuh lemah tak berdaya yang kini tergeletak di atas brankar. Berharap mata yang selalu memancarkan kehangatan itu kembali terjaga.

Stela mengalami luka yang sangat parah pada area kepalanya dan pada bagian sisi kanan tangannya yang hampir patah tulang dalamnya.

Separah itu memang, hingga hari lalu Stela dinyatakan koma dan terhitung sudah empat hari gadis itu terlelap dalam mimpi panjangnya.

"Lo udah coba hubungin Ervin belum?"

"Udah. Tapi gak diangkat," jawab Delvin sembari menatap Alvin yang sedang berdiri di dekatnya.

"Tuh anak kenapa si?! Gak jelas banget. Pacarnya lagi koma tapi susah dihubungin."

Delvin diam ketika mendengar celotehan Alvin. Dia juga sama kesalnya dengan Alvin, bisa-bisanya Stela sedang berada dalam ambang antara hidup dan mati tetapi lelaki itu tidak ada.

"Coba deh gue hubungi sekali la—"

"Engh...."

Percakapan mereka terhenti begitu mendengar suara rintihan yang sangat pelan dan serak.

Mereka semua yang ada di sana termasuk Alvin dan Delvin saling pandang lalu dengan kompak mata mereka tertuju pada pergerakan kecil yang Stela lakukan.

Buru-buru mereka mengerubungi brankar Stela, siap menunggu mata itu terbuka sempurna dan kembali melihat indahnya dunia.

Sinta bahkan sampai menangis histeris saking bahagianya bisa diberi kesempatan untuk mengucapkan maaf pada gadis yang selama ini tidak berdosa.

Sekarang, dia sadar jika dulu ia kehilangan calon-calon bayinya itu semua murni karena takdir, bukan karena gadis yang kini mencoba menggerakkan lengannya.

"Sayang ... ini I-ibu, nak." Sinta terisak.

Dodi bahkan tidak kuasa menahan tangisnya. Pria itu mencoba mengelus rambut putrinya yang selama ini ia abaikan dan tak diberi kasih sayang yang layak.

Dia sama menyesalnya dengan Sinta, tapi mengapa? Mengapa harus disaat keadaan yang seperti ini?

"S-sayang ... ini A-ayah, nak." Dodi menghapus air matanya secara kasar. "Ayah d-datang untuk kamu."

Sedangkan Stela, gadis itu masih berusaha menggerakkan jari-jari tangannya dan mencoba membuka matanya.

"Biar Agus periksa dulu."

Kemudian, Agus mulai memeriksa detak jantung gadis itu serta bagian tubuh lainnya yang terkena luka.

"Alhamdulillah. Sebentar lagi Stela akan segera sadar. Kita hanya perlu menunggu dengan sabar."

Baik Sinta, Dodi, Delvin, dan Alvin, semuanya bernafas lega. Ini sungguh kabar yang sangat menggembirakan bagi mereka semua.

Setelah empat hari menunggu, akhirnya sebentar lagi Stela akan sadar. Delvin sangat bersyukur dalam hatinya. Stela memang gadis yang sangat kuat.

Delvin salut pada Stela.

"Mas, anak kita, mas, anak kita akan segera sadar," adu Sinta sambil menangis bahagia.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang