Ekstra part (Spesial❤)

3.8K 163 11
                                    

Angin malam berhembus, menghantarkan rasa dingin yang menembus kulit. Menciptakan suasana malam yang indah dan sejuk. Seolah berbisik pada relung jiwa yang kosong agar tetap bersembunyi di bawah selimut tebal.

Pukul menunjukkan ke angka dua belas malam, yang dimana seseorang di bawah selimut tebal itu terbangun. Merasakan penat yang cukup lumayan, dikarenakan kegiatan akhir-akhir ini begitu padat sehingga mengusik waktu istirahatnya.

Perlahan, dia sedikit menaikkan badannya hingga kini posisinya terduduk dengan punggung menempel di ujung ranjang, serta kedua kakinya yang ia biarkan terulur. Kemudian, tangannya bergerak untuk mematikan alarm yang sedari tadi berbunyi.

Ah... rasanya waktu berlalu begitu cepat. Seperti tak memberi celah untuknya berisitirahat dari segala sesuatu yang masih melekat di dasar jiwanya. Sesuatu yang tak pernah hilang dari ingatan dan hatinya.

Bertahun-tahun telah berlalu. Setelah kepergian separuh jiwanya, Ervin sempat terpuruk dua tahun lamanya. Dan terperosok ke jurang yang bahkan dulu Ervin tidak tahu bagaimana caranya naik ke puncak.

Ervin merasa, bahwa dunianya tidak lagi berputar pada saat-saat terkelamnya dulu. Separuh jiwanya yang telah dibawa pergi oleh sosok gadis ceria bernama Stela, membuat Ervin lebih banyak diam.

Meskipun kepergian Stela sudah lima tahun berlalu, namun hati Ervin tetap merasa kosong. Mulutnya boleh bilang dia mengikhlaskan kepergian Stela, tapi soal hati, mana bisa dia berbohong.

Kadang kata-kata yang berasal dari mulut, selalu dibumbui kebohongan meskipun itu hanya sedikit atau sangat sedikit. Ya... walaupun tidak semuanya yang berasal dari mulut itu kebohongan. Tapi tetap saja bukan, pasti ada saat-saat dimana kita harus berkata yang tidak selaras dengan hati kita.

Dan Ervin akui itu. Dia juga sama. Belum bisa mengikhlaskan kepergian Stela sepenuhnya. Jujur, bahwa dia masih berharap akan kembali bertemu dengan sosok gadis yang sangat dia cintai itu.

Hanya sekedar untuk mengobrol ringan pun Ervin tak apa. Atau bahkan, sekedar saling tatap dan melemparkan senyum pun tak masalah. Tapi, dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk melihat Stela dalam mimpi sekalipun.

Bagaimana dia bisa berharap akan bertemu Stela di bumi? Sedangkan saja, dia dan gadis itu sudah berbeda alam.

Ervin terkekeh miris, dadanya mendadak berdenyut sesak kala mengingat semua tentang Stela. Satu-satunya gadis yang mampu membuatnya merasakan kehilangan yang mendalam.

Seketika helaan nafas terdengar ditengah sunyinya suana tengah malam, kemudian dia menggerakkan tungkai kakinya hingga membawa raganya di depan sebuah bingkai berukuran 20R.

Dalam gambar tersebut terdapat wajah seorang gadis yang sedang tersenyum sembari menyekal dua buah es krim ditangannya. Senyum yang sangat... begitu manis.

"Selamat ulang tahun, La."

Ya. Hari ini, tepatnya pukul 00:00 adalah hari dimana separuh jiwanya lahir ke dunia.

"Maaf, kalau gue belum bisa lupain semua tentang lo. Dan maaf... sampai saat ini, lo masih jadi pemilik tahta tertinggi di hati gue."

Ervin tersenyum tulus sembari memandang picture itu lekat. Dalam sekejap, kenangan kebersamaannya dengan gadis itu berputar secara abstrak dalam ingatannya.

"Kata Bunda, mengikhlaskan kepergian seseorang itu adalah dewasa yang sesungguhnya. Tapi nyatanya... gue belum sedewasa itu, La."

Suara Ervin melirih. Bukan pemandangan yang aneh lagi jika sosok Ervin selalu terbangun dihari dan diwaktu Stela dilahirkan. Itu sudah menjadi kegiatan wajib bagi Ervin.

Pikirnya, dengan bercerita setahun sekali sembari memandangi wajah Stela, dapat mengurangi rasa rindu yang terus menghantuinya setiap waktu.

Dan terbukti, cara itu memang lumayan ampun baginya.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang