5. Rasa yang berbeda

2.7K 359 55
                                    

Happy Reading!

..........

"Pah, ayo kita pulang." Anak kecil berumur sekitar 3 tahun itu menarik-narik ujung baju Papahnya.

Pria berbadan gagah itu mengusap surai putrinya gemas. "Let's go princes!"

Gadis kecil berwajah cute itu terkekeh senang. "Ay, ay, kapten!"

Lalu gadis kecil itu naik di atas punggung sang Papah. Kedua tangannya penuh dengan kantong kresek hasil belanjanya tadi di minimarket.

Banyak varian rasa ice cream di dalam kantong tersebut. Wajar saja, gadis kecil itu sangat suka dengan makanan yang manis-manis. Apalagi seperti ice cream dan juga permen.

>,<

Ruangan luas ini dipenuhi canda tawa oleh dua wanita cantik namun berbeda umur. Stela dan Nia mudah sekali akrab. Padahal Stela baru mengenal Bundanya Ervin dan ini baru pertama kalinya juga ia diajak kerumah cowok itu.

Ervin mendengus kesal. Lama-lama ia juga bosan terus-menerus mendengar celotehan dua wanita di depannya ini. Tapi mau bagaimana lagi? Dia tidak punya pilihan lain.

Ting ... nong.

Ketiganya menoleh ke arah pintu saat mendengar bunyi bel.

"Assalamualaikum, Papah terganteng sedunia datang!" teriakan itu sukses membuat Nia menggelengkan kepala.

"Pah, jangan malu-maluin!" tegur Nia yang diangguki Ervin. "Ada calon mantu kita di sini. Papah harus jaga image!"

"Bukan!" Stela dan Ervin saling pandang setelah mengucapkan kata yang sama.

Jelas saja itu membuat Nia mesem-mesem melihatnya. Dimas–Papah Ervin–pun ikut mesem-mesem tidak jelas.

"Subhanallah, Bun! Ini calon mantu Papah? Masya Allah cantik sekali," puji Dimas. "Sini Clara! Kamu bakalan punya kakak baru. Coba liat, cantik 'kan?"

Clara bertepuk tangan kecil. Ia memandang Stela dengan tatapan berbinar. Ketika mendengar sebutan Kakak baru, ia sangat senang. "Kakak benelan mau jadi kakak balunya Clala?" tanya Clara dengan suara cadelnya.

Kepala Ervin berdenyut rasanya. Ia sudah tidak tahan, kamera tolong keluarkan. Ervin menyerah.

Stela benar-benar bingung sekarang. Rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya di sungai Amazon. Ia memandang Ervin namun cowok itu sama pasrahnya.

Nia terkekeh, "Sudah, Pah. Kasihan Stelanya, pipinya sampe merah gitu loh."

Dimas ikut-ikutan terkekeh.

Sudah cukup! Stela menyerah. Ia ingin melambaikan tangannya ke kamera sekarang juga.

"Pah, Bun, stop dong!" Ervin berujar sebal. Keluarganya memang sangat aneh.

Clara terus memandang Stela lekat. Tiba-tiba Clara memberanikan diri menghampiri Stela. "Kakak cantik, main yuk!"

Stela mengerjap-ngerjapakan matanya polos. "Lain kali aja, ya, Clara. Kakak mau pulang, udah sore takut dicariin sama Ibunya Kakak."

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang