40. Perasaan yang sulit dimengerti

1.4K 143 159
                                    

Happy Reading!

.............

Sudah dua hari ini penampilan Ervin kacau tidak karuan. Baju seragam yang tidak dimasukkan ke dalam celana hingga kantung mata yang tercetak jelas.

Hampir seluruh siswa bertanya-tanya melihat penampilan Ervin yang seperti itu. Bahkan sampai ada yang mengaitkan dengan putusnya hubungan Ervin dan Stela lah yang menyebabkan sosok Ervin berubah.

Padahal, memang itu faktanya.

Ucapan singkat yang keluar dari bibir mungil Stela dua hari lalu berhasil membuat perasaan Ervin kalut. Setiap malamnya dia selalu dihantui rasa bersalah. Sehingga menyebabkan dirinya jadi kurang tidur.

"Lo gak mandi dua hari apa gimana, sih? Muka lo kucel banget anjir," ucap Delvin. Ervin hanya diam memandang lurus ke arah papan tulis.

"Gak usah cari gara-gara," peringat Alvin.

"Gue cuma tanya," elaknya.

"Sama aja."

Kringgg!

Baru saja bel berkumandang, Ervin sudah berdiri dari duduknya. Membuat kerutan di dahi Delvin dan Alvin tercipta.

"Mau kemana?"

"Bukan urusan lo," tekan Ervin.

>,<

"Pelajari kembali kisi-kisi yang tadi Bapak kasih, jangan ditunda-tunda. Ingat, minggu depan kita sudah mulai ujian kenaikan kelas." Pak Anto selaku guru Kimia memperingati muridnya.

"Pelajaran kali ini cukup sampai disini, Bapak akhiri. Terima kasih."

Selepas kepergian Pak Anto, tepat saat itu bel istirahat berbunyi. Hampir sebagian siswa kelas Ipa 3 berhamburan keluar kelas, dan hanya tinggal beberapa siswa saja yang stay di dalam kelas.

"Kantin yok!" ajak Sherly.

"Em, a–aku engga dulu deh," jawab Stela sedikit meringis tidak enak.

"Yah, masa gue sendiri sih. Gak elite banget, cewek cantik kaya gue jalan sendirian ke kantin. Vibes jomblonya kek berasa banget tau," cemberut Sherly.

"Gimana ya, aku bawa bekal soalnya. Kan, sayang kalau aku lebih pilih makan di kantin. Nanti bekal yang aku bawa bakalan mubazir jadinya."

Sherly semakin mencebikkan bibirnya. "Yaudah deh, lo mau nitip apa?"

"Emang gak ngerepotin?"

Sherly berdecak. "Engga Stela cantik," gemasnya. "Jadi, mau nitip apa?"

"Aku nitip air mineral aja satu, ya."

Sherly mengacungkan ibu jari, tanda mengerti. Setelah berpamitan, gadis itu keluar kelas meninggalkan Stela dan beberapa murid yang tersisa. Termasuk, Liana yang sedang membereskan peralatan tulisnya.

Netra coklat setenang air danau itu menelisik setiap sudut kelas. Ingin memastikan jika dirinya tidak sendiri di dalam kelas ini. Dahinya mengernyit ketika melihat raut wajah Liana yang sedikit murung.

Seketika otaknya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Apakah raut murung Liana ada hubungannya dengan ... Ervin?

Jika memang itu benar ... Stela segera menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut campur privasi orang lain. Lagian, dia sudah tidak ada hubungan lagi dengan Ervin. Jadi, tidak seharusnya dia memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang