Say It First! | [01]

186K 12.3K 1.2K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

CHIASA baru saja menutup notes ketika melihat layar ponselnya menyala. Kantuk menyerang di jam terakhir mata kuliah, tapi saat ini matanya terlihat berbinar karena membaca sederet pesan masuk.

Rayangga Hesa, mahasiswa jurusan Teknik Industri tingkat dua yang sudah menjadi kekasihnya satu tahun belakangan.

Rayangga Hesa
Satu jam lagi aku keluar kelas.

Jadi, kan? Nanti malam?

Aku tunggu, ya.

Jemarinya baru saja hendak bergerak membalas pesan Ray. Namun, sebuah pesan baru yang masuk mengalihkan perhatiannya.

Kak Prisa
Gimana, Chia? Udah ngambil keputusan? Please, Chia. Kamu udah nggak menjejak dunia literasi lagi lebih dari satu tahun, kali ini aku harap kamu mau balik nulis.

Seandainya sekarang kamu mau nolak tawaran ini, tolong pikir-pikir lagi.

I hope you'll come back.

Chiasa tidak jadi bangkit dari bangkunya. Sementara mahasiwa lain sudah bergerak mengosongkan kelas, menyisakannya sendirian.

Dia membaca bolak-balik pesan dari Kak Prisa, editor senior dari Penerbit Hashi Media yang selalu membantu menyunting naskah-naskah novel mentahnya sampai bisa terjual belasan ribu eksemplar di toko buku, dengan beberapa yang berakhir menjadi naskah best seller.

Benar, sudah lebih dari satu tahun, sejak Chiasa memasuki dunia kampus, kegiatan menulisnya terhenti. Kegiatan kampus tidak membuat tulisannya mati, ada waktu jika ia mau. Namun, ide menulis kisah tokoh-tokoh fiktifnya mati saat dia menemukan kisah cintanya sendiri.

Ray, Rayangga Hesa, laki-laki yang mengirimkan pesan berderet tadi, yang selalu mampu membuatnya tersenyum saat mengingat, yang ... mengisi hidupnya tepat satu tahun lalu lebih satu minggu, adalah laki-laki yang mampu menarik dirinya ke dalam kisah cinta yang tidak harus ditulis lebih dulu.

Dengan Ray, Chiasa hanya perlu menjalaninya. Dengan Ray, Chiasa tidak harus memikirkan plot dan karakter tokoh. Dengan Ray, Chiasa hanya perlu mencintai tanpa perlu repost menuliskan apa-apa.

Chiasa menyalakan layar ponselnya, menampakkan foto wajahnya dan Ray yang dijadikan foto layar kunci. Dia tersenyum lagi. Rasanya tidak akan ada penyesalan ketika dia harus meninggalkan segalanya demi laki-laki itu. Beberapa kali ia meyakinkan pikiran itu.

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang