Say It First! | [28]

84.9K 11.4K 3K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Halooooo apa kabar?






Malem minggunya ngapain ajaaaaa?






Jangan lupa vote sama komen dong. Anggep aja upah :"(







Kasih api dulu dong whop whop 🔥🔥🔥

***






"Selesai," ujar Janari setelah semua kancing terpasang dengan benar. Tangan laki-laki itu menepuk pelan pundak Chiasa sebelum menyambar lembut puncak kepalanya.

Sejenak Chiasa menunduk, menatap semua kancing kemejanya yang sudah kembali rapi. Lalu, "Ri?"

"Hm?" Janari ikut berbalik menghadap meja bar, meraih pisau dari tangan Chiasa dan sebuah sunkist, lalu memotongnya.

Chiasa memperhatikan bagaimana laki-laki itu terlihat begitu santai setelah apa yang dilakukannya barusan. Begini, mereka bukan sepasang kekasih, jadi setelah apa yang telah terjadi beberapa waktu lalu, bukankah seharusnya mereka bersikap canggung?

"Gue buka HP lo aja sampai berpikir dua kali, kayak ... mikir 'Sopan nggak, sih?'. Sedangkan lo, main buka-buka aja kancing kemeja gue aja." Chiasa sampai tidak habis pikir.

"Jadi gue harus izin dulu kalau mau buka kancing kemeja lo?" tanyanya sambil menggigit irisan jeruk dari dipotongnya tadi. "Chia, maaf, boleh gue buka kemeja lo lagi?"

"Nggak lucu!" hardik Chiasa sembari merebut pisau dari tangan Janari. Selama beberapa saat, dia melirik ke arah ruang televisi yang terhalang oleh baris-baris partisi kayu, dia memastikan tidak ada yang mendengar dan memperhatikan mereka.

Janari masih cengar-cengir sambil menggigiti sisa jeruknya. Alih-alih segera pergi, dia malah mengambil sebuah stool dari sisi lain dan duduk di samping Chiasa yang masih berdiri.

Chiasa mulai memotong jeruk, tapi isi kepalanya sudah mengajaknya berpikir. Di sampingnya, ada laki-laki yang baru saja .... Oke, dia telah mewujudkan poin enam dan delapan dalam list di catatannya. Bukankah itu menyalahi prosedur? Seharusnya, Janari mendapatkan apa yang diinginkannya setelah dia membantu Chiasa sampai revisi naskahnya selesai dan novelnya siap terbit. Namun, mereka melakukannya lebih dulu.

Bahkan, tidak ada kesepakatan apa pun di antara mereka sebelum melakukannya. Parahnya, Chiasa begitu ... menikmatinya, sampai dia ngeri bahwa apa yang dilakukannya tadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan riset novel yang sedang dijalaninya.

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang