Say It First! | [32]

85.5K 10.5K 1.5K
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii. Kangen nggakkkk?

Lama banget ya nunggunyaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama banget ya nunggunyaaa. Huhu. Maafin yaaa. Jadi minggu kemarin itu mudik ke rumah orangtua karena sepupuku nikaaah. Hehe. Dan untuk sepupuku yang diam-diam baca cerita ini juga. Anggap aja ini adalah kado pernikahan dariku yak. Wkwkwk. Tidak modal.



Siap siap yaWkwkwk


Deg degan ga sieeeee?

Kasih api dooonggg 🔥🔥🔥



***

Janari mengernyit, lalu melengos saat Chiasa menatapnya tanpa dosa. Dengkusannya terdengar saat Chiasa menyuruhnya lanjut mendorong troli belanjaan. "Kok, bete gitu, sih? Nggak seneng?"

Janari berjalan di antara rak display supermarket berisi kebutuhan pokok. Dia berjalan malas-malasan sampai Chiasa harus mendorong punggungnya dari belakang agar tetap bergerak maju.

"Tahu gini, gue tonjok aja dia tadi sampai babak belur." Janari mendumal, tapi tetap menurut saat Chiasa memintanya berhenti di samping jejeran rak tepung terigu.

"Kok, gitu, sih?" balas Chiasa sembari meraih satu bungkus tepung terigu. Dia berpikir selama beberapa saat, menimbang-nimbang dua jenis terigu di tangan kanan dan kirinya. "Gue butuh yang protein sedang deh kalau nggak salah," gumamnya. Setelah memutuskan mana yang akan diambil, dia menaruhnya satu ke rak.

"Ini nggak sebanding dengan apa yang gue lakukan tadi ya, Chia." Janari kembali protes. "Lo nggak tahu kan kalau nahan buat nggak mukul orang kayak dia tuh susahnya setengah mati?"

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang