Say It First! | [47]

59.7K 10.3K 2.2K
                                    

Ini postingan terakhir di tahun 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini postingan terakhir di tahun 2021

Jadiii. Selamat tahun baruuuuuuuuuuu. Sampai ketemu tahun depan. 😆🎉

Bisa tarik napas dulu bentar. Bentaaar aja.

Oke relax ya bacanya.

Mohon tandain typo yaaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mohon tandain typo yaaaaa.

***


Chiasa memeriksa ponselnya. Tidak ada notifikasi apa pun. Kembali melihat menu pesan, pesan yang dikirim untuk Janari belum terbaca. Janari tidak ada kabar seharian kemarin, sampai hari ini.

Biasanya, ketika tahu Chiasa ada jadwal kuliah, laki-laki itu akan menelepon, menawarkan jemputan, kali ini ... tidak.

Pertemuan terakhir mereka adalah di rumah Tante Sairish, setelah itu Janari mengantarnya pulang. Sampai keesokan harinya, Chiasa menelepon Janari, memberi kabar tentang orang yang diduga penguntit yang mondar-mandir di depan rumahnya.

Seingatnya, mereka baik-baik saja. Setelah itu ... baik-baik saja, sebelum akhirnya Janari menghilang seharian, sampai hari ini.

Langkah Chiasa terhenti, karena tatapnya bertemu dengan sosok Jena yang baru saja keluar dari gedung kuliah.

Chiaaa memberi tatapan memicing. Karena manusia satu itu, Jena, juga mendadak sulit dihubungi.

"Je? Masuk kelas pagi?" tanya Chiasa seraya menghampirinya. Seharusnya, mereka masuk kelas di jam yang sama, di jadwal yang sama, tapi sepertinya Jena memilih mengikuti jadwal di kelas yang lebih awal.

Jena diam, menepi ke dinding.

"Kok, nggak bilang mau ngambil kelas pagi?" tanya Chiasa.

Jena menatapnya sesaat, lalu mengangguk. "Mm." Hanya itu.

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang