Haiii.
Seneng nggak sih kalau rajin up gini? Wkwk.
Kalau semisal updatenya kekencengan mau dikasih jarak agak lama up-nya xD
Kasih api dooonggg. Yang banyaaaaakkkk🔥🔥🔥
Ya atau tidak? Wkwk.
***
Chiasa keluar dari kamar seraya menjinjing tas dan sepatu. Langkahnya terhenti di sisi meja makan; menjatuhkan sepatu ke lantai dan menyimpan tas di kursi. Ada sebuah gelas kosong di sana, jejak bahwa pagi ini papanya sudah bangun.Dan ya, ternyata Papa tengah berada di ruang tengah bersama koleksi piringan-piringan hitam yang berserak di atas meja.
"Pagi ...."
Sapaaan Chiasa membuat papanya menoleh, lalu tersenyum. "Pagi," balasnya dengan nada yang sama. "Udah rapi aja. Baru jam delapan. Ada kuliah pagi?"
"Iya." Chiasa baru kembali dari pantri bersama segelas air putih, kini tangannya menarik satu kursi dan duduk menghadap meja makan. "Cuma dua SKS sih, tanggung banget."
"Semangat, dong," hibur Papa.
"Lagi apa sih, Pa?"
Papa kembali menoleh. "Ini, kemarin Papa beli koleksi baru waktu di Bandung. Sekarang baru sempat Papa beresin." Papa menjauh dari koleksi piringan hitam yang sudah disusun di rak khusus di dekat partisi. "Papa ingin menyusun cover-nya biar kayak ada kesan gradasi gitu." Papa melangkah mundur, menatap susunan piringan hitam dari jarak agak jauh. "Tapi pergerakan warnanya kurang smooth."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say It First!
Romance[TSDP #2] Janari adalah orang yang paling Chiasa jauhi selama ini. Namun, karena kebutuhan riset untuk menulis novel romance, Chiasa harus kembali mendekati laki-laki itu. Chiasa bergerak diam-diam, mendekat perlahan, sampai akhirnya bisa masuk ke d...