Say It First! | [12]

78.7K 10.2K 1K
                                    

Tolong tandain typo ya ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong tandain typo ya ❤️

***

Buat yang penasaran bentuk apartemennya janari. Hehe

Wajah Janari bergerak lebih dekat, sedangkan tangannya masih menangkup sisi wajah Chiasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Janari bergerak lebih dekat, sedangkan tangannya masih menangkup sisi wajah Chiasa. Namun, gerakan itu terhenti ketika wajah mereka nyaris bertemu. Sekitar sepuluh sentimeter jaraknya, Chiasa bisa kembali melihat dengan jelas tahi lalat di bawah sudut mata laki-laki itu. Harus dia akui, bahwa hal itu salah satu yang dia sukai saat menatapnya dalam jarak yang dekat seperti ini.

Dia ingat malam itu. Saat outing OSIS, di puncak, di belakang vila, saat ... laki-laki itu menciumnya untuk pertama kali. Hal yang Chiasa lihat sebelum memejamkan matanya adalah ... tahi lalat di sudut matanya. Karena, Chiasa terlalu gugup untuk menatap matanya.

Oke, jangan bangkitkan lagi kenangan sialan itu. Kejadian yang membuatnya tahu bahwa Janari ... memang pantas untuk dilabeli 'laki-laki brengsek' bahkan sampai saat ini.

Kita kembali pada 'laki-laki brengsek' yang sekarang tengah Chiasa manfaatkan kebrengsekannya itu. Chiasa masih bergeming di posisi yang sama, tapi Janari tidak kunjung bergerak lebih dekat. Wajahnya terhenti cukup lama di jarak itu, entah ingin memastikan bagaimana respons Chiasa, atau mungkin ada sesuatu yang menahannya untuk berhenti?

Perlukah Chiasa yang maju lebih dulu?

Namun, suara dering ponsel mengejutkan keduanya. Janari menoleh ke arah meja, melihat ponselnya menyala-nyala menampilkan foto profil seorang perempuan yang tentu tidak Chiasa kenali.

Janari menarik jauh wajahnya. "Bentar, ya," gumamnya sebelum beranjak dari hadapan Chiasa dan meraih ponselnya. Laki-laki itu menempelkan ponsel ke telinga sembari berjalan ke arah kamar.

Namun, Chiasa bisa menangkap suaranya sebelum dia benar-benar hilang di balik pintu kamar. "Di apartemen. Nggak. Soalnya hujan. Oh, kamu udah berangkat? Diantar siapa? Oh. Oke kalau gitu. Nggak tahu juga. Nggak ada rencana ke mana-mana ...."

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang