Say It First! | [20]

81.1K 12K 3K
                                    

Kasih satu emoticon untuk mengungkapkan se-excited apa ketika nunggu cerita ini update dooong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih satu emoticon untuk mengungkapkan se-excited apa ketika nunggu cerita ini update dooong. XD

Terima kasih karena tiap partnya sudah melewati 2k votes huhu. Betapa bahagianya aku punya kamu kamu kamu di sini.

***

Mama
Kamu mau kado apa dari Mama?

Kita ketemunya sehari sebelum ulang tahun kamu, ya? Soalnya, tepat di hari ulangtahun kamu, Mama harus pergi ke Bali untuk antar Om Pras.

Sampai ketemu.

I love you.

Chiasa baru saja membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Lalu membiarkannya sejenak karena ... dia selalu kebingungan untuk membalas pesan-pesan dari ibunya. Mereka jarang berinteraksi, bertemu sesekali jika Om Pras-ayah tirinya-tidak sedang bepergian ke luar kota. Karena jika Om Pras pergi, itu artinya Mama dan Lafea ikut.

Setelah bercerai dengan Papa, dari pernikahan keduanya ini dengan Om Pras, Mama memiliki satu anak perempuan yang usianya terpaut sepuluh tahun dengan Chiasa. Fea baru kelas empat sekolah dasar sekarang.

"Jadi lo udah sedekat itu sama Janari?" Suara Jena menyadarkan Chiasa bahwa sejak tadi dia duduk di sampingnya.

Ada satu mata kuliah lagi pukul lima sore nanti, masih satu jam lagi, yang membuat Chiasa tidak keberatan saat Jena mengajaknya menunggu di ruang HIMA Fakultas Ekonomi. Tidak ada orang di sana, hanya ada mereka berdua yang sibuk bersama kardus-kardus berisi peralatan inventaris HIMA.

Jena tengah menggunting stiker untuk promosi seminar yang akan dilaksanakan oleh HIMA dalam waktu dekat.

"Janari nggak usah didengerin." Sejak tadi Chiasa membantu Jena mengunting stiker kecil yang jumlahnya banyak itu. "Semalam gue memang sama dia, tapi nggak ngapa-ngapain."

"Nggak main jambak-jambakan rambut gemes gitu, ya?" Jena mengerling.

"Apaan sih jambak-jambakan gemes?!"

Tatapan Jena menyipit, terlihat tidak percaya. "Chat semalam itu sekitar jam sebelas deh, dan lo masih di samping Janari?" Jena mengernyit sendiri. "Chia ...."

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang