Say It First! | [02]

99K 11.3K 1.2K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Chiasa sudah sampai di apartemen itu. Ini adalah perayaan first anniversary keduanya karena minggu lalu Ray telah memberikan kejutan manis, sebuah acara makan malam romantis di sebuah rooftop cafe kawasan Menteng. Ray mengajaknya menikmati senja ketika sore hari di sana, juga menikmati gemerlap city view saat makan malam.

Malam itu Ray membuatnya merasa istimewa, dan itu semua terasa cukup. Baginya, Ray saja sudah cukup. Ia tahu itu pikiran mainstream yang dimiliki setiap gadis saat sedang begitu mencintai seseorang.

Dan malam ini, Chiasa belum tahu apa yang akan mereka lakukan untuk merayakan kembali usia hubungan yang sudah terjalin selama satu tahun itu. Ray hanya menyuruhnya datang ke apartemen, tidak memberikan petunjuk tentang apa yang akan mereka lakukan dan pakaian apa yang harus ia kenakan seperti momen di malam minggu kemarin.

Jadi, untuk malam ini Chiasa memilih ruffle t-shirt berwarna hitam dengan midi skirt merah bermotif bunga gelap. Dia merasa tampilannya malam ini pas untuk diajak ke mana saja. Tangan kanannya memegang sling bag setelah menekan bel, ujung flat shoes-nya bergerak-gerak saat Ray belum kunjung membuka pintu.

Chiasa bisa saja membuka pintu sendiri, karena Ray memberi tahu digit-digit password pintu apartemennya, tapi dia masih menunggu. Dia akan membukanya jika saat bel ketiga Ray belum kunjung membuka pintu.

Namun, "Hai, maaf lama. Tadi aku lagi di kamar mandi."

Chiasa tersenyum. "Baru pulang? Bukannya hari ini cuma dua mata kuliah, ya?" Dia membungkuk sejenak untuk melepas flat shoes dan menggantinya dengan sandal rumah yang biasa dikenakan saat berada di apartemen kekasihnya itu.

Ray mengangguk, dengan segera mengamit tangan Chiasa. "Biasa, habis rapat HIMA."

Ray adalah salah satu ketua departemen di HIMA Fakultas Teknik, hal yang menyebabkan keduanya tidak terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Selain sibuk kuliah, dia menghabiskan separuh waktunya di organisasi kampus.

Dan Chiasa, adalah kebalikan. Tugas kuliah menyita waktunya, dan sisanya dia gunakan untuk menunggu Ray memiliki waktu luang. Seperti hari ini, Ray tidak pernah menerima penolakan saat mengajaknya bertemu.

Ray menutup pintu sebelum akhirnya mendorong pundak Chiasa untuk berjalan lebih dulu. Keduanya terhenti di samping sofa yang menghadap pada layar televisi yang menyala.

Chiasa berbalik, menatap Ray yang tampak santai dengan kaus hitam dan denim short yang dikenakannya. Bahkan, laki-laki itu merasa tidak harus repot-repot mengeringkan rambutnya yang basah sehabis mandi. "Kita ... nggak akan pergi?"

"Hm?" Ray yang sudah berjalan ke arah pantri segera berbalik, dia tersenyum sebelum menjawab. "Kamu mau kita pergi?"

"Oh. Nggak. Maksudnya, tadi aku pikir kamu bakal ngajak aku keluar. Bukan berarti kita harus keluar."

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang