Say It First! | [48]

69K 9.7K 1.7K
                                    

Yeay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeay. Ketemu lagi. Di tanggal 1 Januari. 🎉




Semoga hari ini menjadi awal dari kebahagiaan yang akan kalian jalani. Aamiin






Mohon tandain typo yaaaaa.

***

Mungkin Handa bisa membantunya, melakukan apa saja demi apa yang dia inginkan. Termasuk membantunya lepas dari Tiana. Namun, dia tidak ingin sebegitu putus asanya sampai tidak memiliki usaha apa-apa. Ini bukan sekadar masalah bahagianya, tapi juga tanggung jawab yang pernah ia setujui.

Dia menyetujui untuk bersama dengan Tiana akibat dari kecelakaan tiga tahun lalu, membersamainya, sampai bisa mendapatkan lagi hidupnya yang normal. Jadi, Janari harus menuntaskannya. Dia harus membuktikan bahwa tanggung jawabnya sudah selesai. Tidak sekadar ingin pergi karena alasan ... dia tidak suka Tiana dan memilih untuk bersama perempuan lain.

Handa, Ibun, Sima, tiga kartu As itu akan digunakan jika dia sudah tidak memiliki jalan keluar.

Seharian ini, Janari menghabiskan waktunya bersama Om Gazi. Beliau dengan baik hati menyingkirkan kesibukan demi membantunya. Sampai akhirnya, Janari tahu semuanya. Dengan yakin, bukan lagi prasangka atau hanya kecurigaan semata.

Semua akan selesai hari ini.

Langkahnya terayun cepat saat baru saja turun dari mobil, tiba di halaman rumah Nenek yang luas. Seorang asisten menyapanya di ambang pintu, bertanya tentang keperluannya, tapi dia tidak punya waktu untuk sekadar menjawab.

Langkahnya menerobos masuk, menemukan Nenek yang tengah berada di meja makan bersama Tante Maura. Mungkin mereka baru saja selesai makan siang. Atau baru mau melakukannya. Entah, Janari tidak begitu peduli. Untuk hari ini, izinkan dia berlaku tidak sopan karena merasa dibohongi selama bertahun-tahun yang dia miliki.

Tangannya menaruh berkas-berkas catatan kesehatan Tiana di meja, setengah melemparnya, sampai membuat Tante Maura yang baru selesai menyesap minumannya, meliriknya tajam.

"Sopan seperti itu?" Nenek tampak terkejut dengan sikap Janari. "Orangtua kamu mengajarkan kamu bertingkah seperti itu?"

Tante Maura tersenyum, dua sikutnya bertumpu di meja makan. "Belum makan siang, ya?" tanyanya. "Makan, yuk? Atau mau nunggu Tiana? Pagi-pagi sekali dia izin untuk berangkat ke apartemen kamu, kalian bertemu, kan?"

Janari tidak menyahut sama sekali. Bergerak maju untuk membuka lembar-lembar berkas yang dibawanya. "Kecelakaan tiga tahun lalu, menyebabkan fraktur femur, tapi sudah dinyatakan pulih setelah enam bulan kemudian melalui terapi yang Tiana jalani. Lalu ... tidak ada terapi lagi setelah itu, dan selang dua tahun, terjadi fraktur tibia, patah tulang kering yang diakibatkan oleh ... sebuah kecelakaan tunggal."

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang