Say It First! | [10]

80.7K 10.9K 1.6K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Chiasa tengah duduk di antara beberapa peserta, baru selesai mengikuti seminar di aula Gedung A, melihat Janari sibuk bersama beberapa panitia di balik acara, melihat bagaimana laki-laki itu begitu menikmati ketika membantu jalannya rangkaian acara yang oleh HIMA Fakultas Kesehatan Masyarakat. Tidak ada yang berubah, organisasi seperti sudah menyatu di dalam dirinya.

Janari memang terlihat sibuk dengan HT yang dipegangnya, tapi senyumnya beberapa kali terlihat ketika ada yang menyapa—terutama perempuan.

Posisi kursi aula tersusun seperti kursi penonton di bioskop, semakin belakang posisi barisan, maka menempati posisi lebih tinggi. Dan Chiasa memilih posisi kedua dari belakang di mana dia menjadi peserta yang duduk di posisi akhir. Yang diperhatikannya sejak tadi, acara berjalan dengan baik, dan kegiatannya untuk memperhatikan sosok Janari juga berjalan baik.

Chiasa mencatat beberapa hal baru yang ditemukan pada Janari.

Acara selesai dua jam kemudian. Chiasa tidak ingin mengganggu kegiatan Janari sehingga memutuskan untuk berlalu begitu saja dari ruangan itu. Namun, tidak disangka, Janari yang terakhir kali Chiasa lihat tengah dikerubungi beberpaa mahasiswi, sadar akan kepergiannya.

Janari menelepon saat Chiasa sudah keluar dari Gedung A.

"Lo ada kuliah?" tanyanya dari seberang sana.

"Nanti sih, masih dua jam lagi," jawab Chiasa seraya berdiri di depan serambi gedung.

"Gue udah kelar, kok. Mau nunggu di mana? Gue temenin," tawar Janari yang tak elak membuat senyum Chiasa mengembang.

Chiasa tahu sejak awal bahwa menarik perhatian Janari akan sangat mudah—walau belum tahu bagaimana cara mengakhirinya nanti. "Ng .... Gue nunggu di Kantek kayaknya." Kantek adalah singkatan dari Kantin Teknik. "Jena udah nunggu di sana, katanya udah janjian sama Kae juga."

"Oh. Oke. Gue susul ke sana, ya."

"Eh, kalau sibuk, nggak usah." Lagipula, keperluan penelitiannya saat melihat Janari kembali berjibaku di balik organisasi sudah selesai.

"Nggak, kok." Sebelum menutup teleponnya, Janari kembali bicara. "Tunggu di sana ya."

Dan, di sini lah Chiasa sekarang. Duduk berdua bersama Jena yang baru saja memesan ayam tempura karena terlalu lama menunggu Kaezar yang masih berada di ruang BEM.

"Jadi, motif lo kembali nulis?" Jena merebut novel erotis milik Chiasa yang sampulnya sudah dilapis dengan kertas polos berwarna merah. Tidak ada lagi pose pasangan yang tengah saling bergairah yang sebelumnya terlihat, membuatnya merasa aman untuk membawa novel itu ke mana-mana. "Ih, ngomong-ngomong gue udah selesai baca ini," gumannya seraya membolak-balik halaman kertas.

Say It First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang