"Gue masih sayang sama lo Sya"
Feelingku ternyata benar, bahwa Rendy akan mengungkapkan perasaannya. Bukannya aku tidak menyukai Rendy, aku menyukainya. Siapa coba yang tidak suka dengan sosok Rendy? Dia pria yang baik, pintar, bahkan sekarang bisa dibilang mapan. Tapi rasa suka-ku itu hanya sebatas suka sebagai teman, tidak lebih.
"Ren, lo tau kan-"
"Gue tau, gue sangat tau. Kalo lo cuma nganggep gue sebatas teman biasa. Tapi bisa ga sekali aja, lo kasih gue kesempatan?"
"Ren, luka gue belum sembuh sepenuhnya. Gue masih berusaha buat nyembuhin luka itu, jadi lo pasti ngerti kan maksud gue?" Ucapku tak enak pada Rendy.
"Kalo gitu, gue bakal bantu nyembuhin luka itu. Kita sembuhin bareng-bareng. Lo mau kan?"
"Ren-"
"Sya, dulu lo pernah nolak gue. Tapi sekarang, gue ga mau nerima penolakan lagi dari lo. Cukup sekali gue menyesal ngebiarin lo sama cowok lain"
"Gue takut, kalo nanti gue yang bakal nyakitin lo"
"Gue ga peduli. Yang terpenting itu sekarang Sya urusan nanti-nanti itu bisa berubah, yang ditakutin sama lo belum tentu terjadi. Kita ga ada yang tau masa depan kita kayak gimana, right?"
Aku pun menganggukkan kepalaku.
"So?"
Aku menghela nafas, kemudian menghembuskannya, "Oke, Kita jalani aja dulu"
Bisa kulihat Rendy menyunggingkan senyumannya. Ekspresi wajah Rendy yang tadinya khawatir, sekarang berubah menjadi ekspresi yang bahagia.
Rendy berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekatiku, "Can i hug you?"
Aku merasa gemas dengannya, kukira ada apa. Ternyata dia meminta izin untuk bisa memelukku. Tak menunggu lama, aku pun berdiri kemudian memeluknya. Aku takut mengecewakannya, Rendy adalah pria yang baik. Aku berharap, aku bisa jatuh hati padanya, pada pria ini, pria yang menyukaiku.
...
Hari ini semua orang yang ada didalam rumah sedang sibuk, termasuk diriku. Kami sibuk membungkus sebuah barang yang sebenarnya akan dijadikan hadiah untuk oma kami, kami lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun oma yang ke-83. Setelah kemarin, aku mendapat pengakuan dari Rendy yang kedua kalinya, kemarin juga aku dan Rendy resmi berpacaran. Kami memutuskan untuk menjalani hubungan ini secara perlahan-lahan. Alias, Rendy mau membuatku nyaman dulu tidak langsung terburu-buru.
"Nasya, kamu ambil koper ibu dikamar, bawain ke teras rumah" Ucap Ibu.
"Iya bu"
Kami semua membawa koper karena berniat menginap selama tiga hari dua malam di rumah Oma.
"Bu, Kinan nanti berangkatnya sama Rama ya"
"Oh Rama ikut?"
"Iya bu"
Aku yang mendengar kata Rama pun langsung berjalan menjauh dari mereka. Belum sampai tiga langkah aku berjalan...
"Nasya, bawain juga kopernya Kinan sama Dede ke teras rumah"
"Iya bu"
"Kinan, coba kamu cek Pak Makmur udah ada atau belum"
Pak Makmur adalah supir pribadi Ibu, Ibu mencari supir karena dua tahun yang lalu tangan kiri Ibu suka nyeri dengan sendirinya. Dari pada mengalami bahaya, ibu berpikir untuk mencari supir saja.
"Pak Makmur baru aja datang bu"
Setelah semuanya sudah dirasa siap, kami akhirnya merapikan barang-barang bawaan kami kedalam bagasi mobil. Tak lama kemudian Mobil asing berwarna hitam datang ke depan rumah kami dan ternyata mobil itu adalah milik Rama. Rama keluar dari mobilnya kemudian menghampiri kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nasya [TAMAT]
ChickLit"Disaat teman-temanku iri dengan kebahagiaan yang ditampilkan oleh pasangan yang sedang menjalani cinta dan kasih sayang. Aku iri dengan mereka yang mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia" Di usiaku yang baru menginjak 18 tahun yang kupikirkan...