19 - Ketidaksengajaan

222 23 1
                                    

"Makanya gausah sok-sok an ngikutin gue, jadi kena batunya kan lo" ucapku pada Rama.

Sebenarnya aku ingin sekali tertawa saat melihat bagaimana tadi Rama ketakutan memanggil namaku karena dirinya dikelilingi banci-banci yang ada didepan Mall. Bayangkan saja tadi Rama berlari dari luar Mall dan menghampiriku yang ada didalam hingga dirinya terjatuh di depanku, sampai-sampai ditertawakan oleh orang-orang yang berlalu lalang termasuk anak-anak kecil yang tadi jail menaiki punggung Rama. Benar-benar tingkah yang sangat konyol yang baru saja kulihat dari seorang Rama. Bagaimana tidak? Rama memang sangat nekad mengikutiku dari parkiran Rumah Sakit tadi sampai disini.

"Mana gue tau bakal ada banyak banci disini" ucap Rama.

"Hahaha boleh ngakak ga sih gue?" ucapku yang tertawa lepas saat mengingat kejadian tadi. Entah hilang kemana perasaan sedih yang tadi sempat menggangguku.

"Itu lo udah ngakak" ucap Rama dengan wajah kesalnya.

"Hahaha sorry-sorry, soalnya gue baru tau lo takut sama banci" ucapku yang masih tertawa.

"Gue ga takut"

"Iya deh"

"Gue bener-bener ga takut Sya!" Tekan Rama padaku.

"Iya Rama iya" ucapku. Kemudian "Rama disamping lo ada banci!" Ucapku pura-pura panik.

"Pergi sana lo banci, pergi! Gue bukan cowok ganteng!" Ucap Rama mengibas-ngibaskan tangannya kesamping kemudian berlindung dibelakangku.

"Hahaha, anjir gue ngakak banget sumpah" ucapku tertawa sambil memegang perutku yang kurasa sudah mulai sakit karna terlalu banyak tertawa.

"Puas lo" ucap Rama melihatku.

"Puas gue ngeliat ekspresi lo" ucapku tanpa sadar memukul tangan kiri Rama.

"Ah" ucap Rama mengaduh kesakitan.

"Eh, kenapa Ram?" Tanyaku.

"Engga, gue laper mending kita cari makan" jawab Rama menyembunyikan tangan kirinya dibelakang.

"Coba sini gue liat" ucapku menarik paksa tangan Rama.

"Ya ampun Rama, tangan lo berdarah. Kenapa ga langsung lo bilang!" Ucapku panik saat melihat siku Rama yang terluka, pasti karna kejadian tadi.

"Gapapa, cuma gini doang" jawab Rama enteng.

"Gapapa lo bilang? Nanti kalo infeksi lebih sakit lagi Rama. Udah sekarang kita cari toilet buat bersihin siku lo" ucapku berjalan duluan sembari mencari toilet dalam Mall ini.

Saat berjalan kulihat tidak ada Rama disampingku. Kemana dia? Saatku melihat kebelakang ternyata dia masih berdiri tanpa mengikutiku.

"Kenapa diem aja? Ayo keburu tambah parah" ucapku menarik tangannya agar mengikutiku berjalan.

Saat sampai didepan toilet langsung saja aku menyuruh Rama masuk kedalam toilet.

"Cepetan masuk terus bersihin luka lo. Gue tunggu disini" ucapku yang tidak mau masuk kedalam toilet pria.

"Lo ga ikut?" Ucap Rama dengan cengiran jahilnya.

"Lo mau gue pukul lagi?" Tanyaku bersiap-siap untuk kembali memukul tangannya yang terluka.

"Ya udah, gue masuk" ucap Rama kemudian masuk kedalam toilet.

Benar-benar Rama, bisa-bisanya dia bodo amat saat tangannya berdarah seperti itu.

"Gue kira, gue salah liat ternyata beneran Nasya"

"Eh Andi, lo apa kabar?" Ucapku cukup antusias saat melihat teman SMA-ku itu. Teman SMA-ku? Astaga aku baru menyadari Andi adalah teman SMA-ku sekaligus mantan Clarissa yang sudah menjadi pacarnya Clarissa lagi. Sedang apa Andi disini? Bisa gawat kalau bertemu dengan Rama.

"Bisa lo liat gue baik. Ngapain lo berdiri disini?" Tanya Andi padaku.

"E... gue nunggu temen gue di toilet. Lo sendiri ngapain disini?" Tanyaku balik.

"Gue nunggu pacar gue" jawab Andi.

"Pacar lo? Clarissa ada disini?" Tanyaku mulai panik.

"Iya didalam toilet cewek" jawab Andi yang menatap heran padaku.

Mampus! Semoga saja Rama cepat keluar dari toilet laknat ini. Aku tidak tau apa yang akan terjadi kalau Rama bertemu dengan mereka berdua.

.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa Vommentnya :)

Nasya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang