17 - Kebingungan

246 27 2
                                    

Hallo para readers! Maaf ya updatenya lama😭
Author sibuk ngerjain tugas-tugas kuliah sama UTS :"

Btw, Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin ya💕

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“kamu ga usah bingung. Aku yang akan mutusin hubungin kita” ucap Rama yang tiba-tiba muncul dibelakang Clarissa.

Aku dan Clarissa sangat terkejut dengan kehadiran Rama yang tiba-tiba. Bisa ku lihat Rama memegang sebuah dompet yang ku yakini adalah milik Clarissa. Di situasi seperti ini, aku bingung harus berbuat seperti apa, aku hanya bisa terdiam melihat kejadian ini.

“Rama, sejak kapan kamu ada disitu?” Tanya Clarissa yang bisa kulihat sedang panik dengan kehadiran Rama.

Rama berjalan ke arah kami dan meletakkan dompet ke atas meja kemudian melihat ke arah Clarissa.

“makasih buat semuanya Clarissa. Ini dompet kamu, tadi ketinggalan di laci motor aku. Sekarang kamu bisa bebas dari aku eh gue maksudnya” ucap Rama tersenyum mengacak-acak rambut Clarissa.

“Ram… maaf” Tangis Clarissa pecah dan memeluk Rama.

Sepertinya aku harus memberi mereka waktu untuk berdua. Aku pun pelan-pelan berjalan meninggalkan mereka dari cafe ini, saat diluar cafe aku segera mengecek handphoneku ternyata ada 12 panggilan tak terjawab dari nomor yang tak ku kenal, maklum saja aku selalu mengaktifkan mode mute pada handphoneku sehingga aku tidak tahu jika ada panggilan yang masuk, tapi kira-kira siapa orang yang menelponku ini? Apakah ada hal yang sangat penting hingga menelfonku sampai 12 kali? Saatku membuka data seluler pada handphoneku, ternyata banyak notif chat yang masuk dari aplikasi WhatsApp, saat ku buka aplikasi tersebut ternyata chat tersebut dari nomor yang sama yang tadi menelponku.

+62-821-XXXX-XXXX
Sya, di save ya dari pacarmu Rendy
Sya?
Nasya?
Are you there?
Sya kamu gapapa?
Telpon aku ko ga diangkat?
Sya?
Jangan bikin aku khawatir

Hah, ternyata dari Rendy aku baru ingat bahwa tadi Rendy meminta nomorku, yah lebih tepatnya memaksaku.

Gue gapapa, nomor lo udah gue save

Rendy
Telpon boleh ga?


Ga

Rendy
Ga nolak kan maksudnya?

Dih pede sekali anda

Rendy
Gausah gengsi sayang

Sayang-sayang, gue bukan pacar lo


Rendy
Wkwk jangan judes² dong sya


Udah ah gue sibuk BYE

Aku pun segera beralih aplikasi untuk memesan ojek online, belum sempat ku pesan tiba-tiba turun hujan yang sangat deras. Saat ingin menghindari hujan, tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepanku.

"Ayo masuk" ucap Rama. Ya orang yang ada dalam mobil tersebut adalah Rama.

"Eng-" ucapku terpotong.

"Lo mau baju lo basah? Cepet masuk!" Perintah Rama.

Dengan sangat terpaksa aku pun segera masuk kedalam mobil Rama. Kalau bukan karna hujan, aku tidak mau merepotkan orang, apalagi orang itu adalah Rama.

"Kenapa lo belum pulang?" Tanya Rama padaku saat aku sudah duduk didalam mobilnya.

"Ini mau pulang Ram" jawabku.

"Kost lo dimana?" Tanya Rama melihatku.

"Di kost cendrawasih"

"Oke" ucap Rama kemudian menjalankan mobilnya.

"Sorry gue jadi ngerepotin" ucapku merasa tidak enak pada Rama.

"Santai aja"

Oke berada didalam mobil Rama, aku jadi tidak tahu harus membahas apa karena Rama dan Clarissa baru saja putus. Dan terakhir kali aku bertemu dengan Rama saat aku menangis menye-menye sambil dipeluk Rama, masa iya aku harus membahas itu? Ah sudahlah, lebih baik aku diam saja.

Belum lama aku berada didalam mobil Rama, badanku serasa menggigil, apa karna efek AC dan cuaca yang dingin? Tanpa sadar aku menggosok-gosokkan tanganku untuk mendapatkan kehangatan.

"Kenapa sya?" Tanya Rama melihat ke arahku.

"Gapapa Ram. Emang kenapa?" Tanyaku balik melihat Rama.

"Lo kedinginan?" Tanya Rama.

"Eh, cuma dingin biasa kok" ucapku menghentikan gosokan pada kedua telapak tanganku.

"Lo ga pinter bohong. Muka lo pucet"

"Eh?" Aku pun segera melihat ke arah kaca dan benar wajahku ternyata terlihat pucat.

Tanpa kuduga tiba-tiba Rama memberhentikan mobilnya di pinggir jalan kemudian membuka jaketnya.

"Eh lo ngapain?" Tanyaku panik.

"Pake ini" ucap Rama memberikan jaketnya yang berwarna navy padaku.

"Lo ga perlu repot gue udah biasa aja" ucapku meyakinkan Rama dan tidak mau menerima jaket dari Rama. Bukannya apa-apa aku merasa tidak enak saja pada Rama.

"Sifat lo emang susah nurut ya Sya" Ucap Rama kemudian mendekat kearahku dan memakaikan jaketnya padaku.

Oh God, hampir saja aku tak bernafas karna terlalu dekat dengan Rama. Ada apa ini? Kenapa jantungku berdetak dengan sangat kencang?

.
.
.
.
.
.

Maaf kalo pendek :"
Jangan lupa Vommentnya :)

Nasya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang