49 - Maafkan Ibu (2)

27 5 0
                                        

Happy reading!

.
.
.
.
.

"Mau lari kemana kamu Sya" Ucapnya sambil tersenyum puas padaku.

Aku shock ditempat kenapa Rama bisa sampai disini? Kenapa dia tidak langsung pulang saja. Padahal aku sudah bersusah payah berusaha menghindari dia. Bisa-bisanya dia menemukan aku di warung ini. Aku termenung seketika melihat dirinya.

"Jangan lari-lari ah kayak bocah aja" Ucapnya setelah menerima air mineral dari pemilik warung kemudian meminumnya.

"Kenapa diem Sya?" Tanya Rama menyadarkan aku.

Aku pun tersadar, "Iya Rama, kenapa?" Tanyaku balik.

Bukannya menjawab Rama malah menyentil dahiku, "Sakit Ram. Apa-apaan sih" Ucapku tidak terima di sentil oleh Rama kemudian aku mengelus-elus dahiku sendiri.

"Makanya jangan ngelamun sembarangan. Nih tar kelupaan" Ucapnya memberikan air mineral padaku.

"Oh iya makasih Ram. Kalo gitu pamit duluan ya keburu malem" Ucapku tersenyum kaku padanya dan buru-buru pamit untuk pulang.

"Dibilang jangan lari-larian Sya, masih ga ngerti aja" Ucap Rama.

"Siapa yang lari? Aku mau pulang cepet Ram takut ke-ma-le-man" Ucapku menekankan ucapanku.

"Yaudah kalo mau cepet masuk aja ke mobil, aku anter Sya" Ucap Rama.

"Makasih tawaran baiknya Ram, tapi aku bisa pulang sendiri" Ucapku.

Baru saja aku melangkahkan kakiku keluar dari warung ini tiba-tiba saja, suara guruh disertai kilatan petir muncul diatas awan mengagetkan aku.

"Sya naik ke mobil" Ucap Rama dibelakangku.

"Ga bakal hujan Ram" Ucapku yang percaya diri mulai melangkahkan kaki kembali.

Tik... Tik... Tik...

Suara hujan terdengar turun pelan hingga terdengar menjadi sangat deras. Aku pun kembali masuk ke dalam warung melihat Rama yang tertawa kecil seolah-olah mengejek diriku.

"Makanya jangan ngeyel" Ucap Rama memegang tanganku kemudian berlari ke arah mobilnya otomatis tubuhku mengikuti dirinya karena genggaman tangannya.

"Masuk Sya" Ucapnya membukakan pintu mobilnya padaku.

Aku pun buru-buru masuk kedalam mobilnya karena takut bajuku basah. Kemudian disusul Rama juga masuk kedalam melalui pintu sebelah mobilnya.

"Keras kepalanya masih sama aja, batu banget" Ucap Rama mulai mengemudikan mobilnya.

"Hufft" dumelku.

"dikasih tau malah hafhuf-hafhuf. Denger ga?" Tanya Rama.

"Iya" Jawabku.

"Iya apa?" Tanyanya lagi.

"Iya denger Rama" Jawabku malas.

Rama kembali tertawa sembari mengemudikan mobilnya. Lagian kenapa harus hujan disaat seperti ini sih? mau tidak mau jadi masuk kedalam mobil Rama. Semoga saja Rama tidak mendengar curhatanku bersama Clarissa tadi.

"Yang tadi bener ga?" Tanyanya.

Aku langsung melotot melihatnya, apa Rama itu cenayang? Baru saja aku berharap agar dia tidak mendengar curhatanku bersama Clarissa. Tiba-tiba saja dia malah menanyakan hal itu padaku.

"Yang mana ya?" Jawabku pura- pura tenang dan pura-pura cool diluar, didalam hati sudah seperti pesawat tempur takut Rama mendengar hal itu, semoga saja tidak.

"Yang ternyata kepindahan kamu disuruh sama Ibu kamu? Kamu mutusin aku juga karena Ibu Kamu?" Tanya Rama padaku.

Ternyata benar dia mendengar hal itu, Sial banget...

Nasya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang