Hai, masih adakah pembaca setia Nasya disini?
Maaf Author, baru timbul lagi 🙈🙏🏻
Buat pembaca lama Nasya pasti tau alasan kenapa Author timbul-tenggelam. Yap, ga salah lagi karna tugas-tugas kuliah, sad😭Ini kelanjuttan part sebelumnya, happy reading guys!
.
.
.
.
.“Ram, aku ga bisa ngelanjutin hubungan ini lagi”
Ya, pada akhirnya aku memilih untuk menuruti Ibu lagi. Setelah malam-malam yang kulewati dengan banyak berpikir, hari ini kuputuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Rama.
Sepertinya perkataan Ibu benar, sebagai seorang kakak aku harus mengalah kepada adikku sendiri walaupun yang dikorbankan adalah perasaanku sendiri. Kedengarannya munafik, memang benar aku terlalu munafik untuk mengatakan bahwa semua ini demi adikku, aku mencintai Rama bahkan sangat mencintainya.
“kamu ga serius kan?”
Rama sepertinya belum percaya dengan kata-kataku. Mungkin karena hari ini aku mendadak mengajaknya bertemu, Rama pasti berpikir aku hanya ingin meluapkan rinduku padanya.
“aku serius Ram, mulai hari ini-”
“salah aku apa?”
Rama bertanya padaku dengan raut wajahnya yang sedih, sorot matanya pun memperlihatkan kesakitan yang mendalam. Rasanya aku tak ingin melanjutkan hal ini. Tapi aku tak bisa. Aku harus melakukannya, walaupun aku juga merasakan sakit seperti yang Rama rasakan.
“kamu ga salah apa-apa” Aku menjawab Rama dengan memperlihatkan senyum palsuku padanya, “makasih buat semuanya, makasih kamu selalu ada disaat-saat terpurukku Ram”
“liat itu cowoknya?”
“ih ga cocok”
“ceweknya gendut, cowoknya ganteng”
“awas kedengeran”
“biar tau diri”
“cowoknya buat gue aja”
“gajah berjalan hahaha”
Sepertinya aku salah mengajak Rama bertemu di sebuah mall, karena pada akhirnya suara-suara yang tidak ingin kudengar akhirnya terdengar juga. Suara-suara yang biasa kudengar jika aku berjalan dengan Rama yaitu suara hinaan, ejekkan mereka yang melihatku.
“aku pergi dulu” pamitku pada Rama.
“Sya, tunggu Sya. Ga usah dengerin apa kata mereka” ucap Rama menahan tanganku.
“lupain aku Ram”
“engga akan” ucap Rama semakin mengeratkan genggamannya pada tanganku.
“aku mohon Rama…” pintaku pada Rama.
Aku sudah tidak bisa menahannya lagi, air mataku jatuh dengan sendirinya. Rasanya sakit sekali, rasa sesak dan sakit menyatu dalam dadaku. Aku tidak mau seperti ini, aku tidak mau jauh dari Rama, aku tidak mau jika Rama melepaskan aku.
Rasa sakit di dadaku bertambah saat perlahan Rama mengendurkan genggamannya dan melepaskan tanganku.“Bukankah ini yang kamu minta Sya? kenapa malah bersedih? Rama sudah mengikuti kemauanmu harusnya kamu senang” sisi dalam hatiku seolah mengejekku sekarang.
Aku pun berlari meninggalkannya, semakin cepat aku pergi mungkin akan semakin cepat aku melupakannya.
***
Tidak ku sangka rupanya Ibu benar-benar berniat menjauhkanku dengan Rama. Setelah aku memberi tau Ibu tentang hubunganku yang sudah berakhir dengan Rama. Ternyata Ibu langsung memberikan tiket pesawat yang sudah disiapkannya dari jauh-jauh hari, rupanya Ibu memang menantikan hari ini. Hari dimana aku memutuskan hubunganku dengan Rama.
“Ibu udah ngasih kabar ke nenek kamu, kalo besok kamu bakal kesana” Ucap Ibu sembari memasukkan baju-bajuku kedalam koper.
“bu…”
“Ibu udah urus surat kepindahan kampus kamu dibantu sama kenalan Ibu, jadi kamu tinggal siapin aja barang apa aja yang mau kamu bawa kesana”
“pindah? Kok mendadak gini bu? Kalo alasannya karna Rama, Nasya bisa jaga jarak tanpa harus pindah kayak gini”
“dulu kamu yang minta Ibu buat bisa kerumah nenek, ini udah Ibu kabulin kenapa masih ngeluh?”
“Tapi bu, sekarang situasinya udah beda. Dulu Nasya mau kerumah nenek, karna Kinan minta Nasya buat kesana ketemu keluarga besar Ayah barengan sama dia. Tapi sekarang Kinan udah disini dan Nasya juga lagi sibuk-sibuknya ngerjain urusan kampus, Ibu ga bisa kayak gini.” Ucapku protes.
“Ibu bisa dan kamu harus nurut. urusan kampus ga usah dipikirin lagi udah Ibu bilang, Ibu udah urus semuanya sama kenalan Ibu yang ada di kampus kamu. Kamu siapin aja barang-barang yang mau kamu bawa, besok Ibu bakal anter kamu ke bandara” Ucap Ibu langsung berjalan keluar dari kamarku.
***
Tidak ada yang mengetahui keberangkatanku hari ini kecuali Clarissa. Aku sengaja tidak memberitahukan teman-teman kampus terutama pada Hany dan Irma karna takut mereka sedih dengan kepergianku yang mendadak ini. Begitu juga dengan Rama dan Rendy. Biarlah, hal ini hanya diketahui oleh Clarissa. Bicara tentang Clarissa, tadi dia menelpon untuk bisa bertemu denganku di bandara. Tapi kenyataanya, dari yang Ibuku mengantarkanku ke bandara sampai Ibuku pamit pulang, Clarissa belum datang juga.
"Woy, Syaaaa!"
Suara teriakan seseorang mengagetkanku dari aktivitasku yang sedang bermain game di Smartphone. Setelah ku lihat ternyata Clarissa sedang berlari dengan hebohnya menuju kearahku. Bisa kulihat juga Andi yang berada dibelakang Clarissa berjalan sambil menutupi wajahnya karena malu dengan ulah Clarissa yang berteriak di Bandara. Ada-ada saja memang temanku yang satu ini.
"Ris, lo kenapa datengnya lama? Bentar lagi gue berangkat" tanyaku saat Clarissa sudah ada didepanku.
"Heh, jangan ngadi-ngadi lo Sya. Harusnya sekarang gue yang marah sama lo, kenapa lo mendadak pergi kayak gini? Lo udah ga betah punya teman kayak gue? Maafin deh gue, kalo semisal gue banyak salah sama lo" ucap clarissa sembari memegang kedua tanganku.
"Hahaha, apasih Ris. Lo ga ada salah ke gue, emang waktunya aja mendadak gini Ris. Lo taulah gimana nyokap gue" jawabku menenangkan Clarissa.
"Jadi tentang nyokap lo ya. Terus kapan lo bakal balik lagi kesini?"
"Berangkat aja belum Ris"
"Lo harus janji sama gue pokoknya lo harus balik lagi kesini Sya! Gue ga mau tau!" Ucap Clarissa.
"Tungguin gue ya Ris" ucapku memeluk Clarissa.
"Lo tau Sya, lo jahat banget ninggalin gue sendirian disini. Lo tau kan, temen gue cuma lo doang Sya. Dari SD, sampe SMA bahkan sekarang pun lo tetep jadi temen sekaligus keluarga buat gue. Lo tau gimana keadaan gue Sya dan gue juga tau gimana keadaan lo. Lo baik-baik disana ya Sya..." Ucap Clarissa menangis membalas pelukanku.
"Tenang aja Ris, gue pasti baik-baik disana. Btw, mana ada lo sendiri. Tuh liat dibelakang lo kan ada Andi Ris. Gue doain semoga lo langgeng sama Andi." Ucapku pada Clarissa.
"Andi gue titip Risa ya" ucapku pada Andi setelah selesai memeluk Clarissa.
"Sip, lo hati-hati dijalan Sya" ucap Andi padaku.
"Ya udah, gue masuk dulu ya, lo berdua juga hati-hati dijalan" ucapku pamit kemudian berjalan meninggalkan Clarissa dan Andi.
Belum jauh aku berjalan, tiba-tiba saja ada yang menahan tanganku. Saatku lihat kebelakang ternyata...
"Rama?"
.
.
.
.Yang masih mau kelanjuttan cerita Nasya jangan lupa Vote⭐ sama komennya💬 ya!
Semakin banyak yang vote dan komentar semakin Author semangat buat ngelanjuttin ceritanya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasya [TAMAT]
ChickLit"Disaat teman-temanku iri dengan kebahagiaan yang ditampilkan oleh pasangan yang sedang menjalani cinta dan kasih sayang. Aku iri dengan mereka yang mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia" Di usiaku yang baru menginjak 18 tahun yang kupikirkan...