1 Bulan Kemudian ...
"Gila, kenapa lo baru cerita sekarang?" Tanya Clarissa dengan nada terkejutnya. Wajar saja, aku baru menceritakan hal yang aku alami satu bulan lalu pada Clarissa.
"Gue baru siap buat ceritanya sekarang Ris" Jawabku kemudian menyeruput jus buah mangga yang aku pegang.
"Pasti berat banget, lo udah ngalamin banyak hal Sya. Gue ga nyangka Rendy bisa nyembunyiin hal sebesar itu dari lo, ga habis fikri gue Sya"
"Fikir Riss... bukan fikri" Ucapku sembari mengaduk-aduk jus yang tadi ku minum.
"Tapi sekarang gimana perasaan lo? better kah?" Tanya Clarissa padaku.
"Better kok ris" Jawabku tersenyum tipis kemudian menundukan kepalaku sambil melihat sisa jus mangga yang tadi ku seruput.
"Jangan bohong Sya..." Ucap Clarissa melirikku tajam seolah-olah sedang memindai diriku didalam matanya.
"I'm Fine Clarissa sayang, tenang aja yaa" Ucapku tersenyum melihatnya untuk menenangkan Clarissa.
"Sya gue kenal lo udah lama. Gue tau lo lagi ga baik-baik aja" ucap Clarissa kemudian langsung memelukku di sofa ini.
Aku sekarang memang sedang berkunjung ke rumah Clarissa dan Andi. Sebenarnya sejak Clarissa sudah menikah dengan Andi aku merasa segan untuk menemui Clarissa secara langsung dirumahnya karena tidak enak dengan Andi yang notaben-nya Andi sekarang adalah prioritas utama Clarissa. Maka dari itu, aku baru bisa berkunjung sekarang karena Andi sedang tidak ada dirumah, yang ku dengar dari Clarissa, Andi sekarang sedang bekerja dan pulangnya biasanya menjelang malam hari.
Sejak aku datang wajah Clarissa memancarkan wajah yang gembira. Bagaimana tidak, aku membawa buah-buahhan kesukaannya apalagi dia sedang ngidam berbagai jus buah untuk keponakanku yang ada didalam kandungannya. Wah, aku tidak sabar menunggu momen Clarissa melahirkan bayinya. Intinya selesai aku dan Clarissa membuat jus buah, aku dan dia langsung bertukar cerita seperti biasanya jika kami bertemu. Yaa... seperti ini, saat Clarissa mengetahui jika aku sedang berbohong padanya.
"Its okay Sya... Jangan dipendam, gue ada disini buat lo" Ucap Clarissa mengelus-elus bagian belakang badanku.
Rasa sesak dan sakit yang ku pendam sejak tadi akhirnya keluar juga, padahal aku berusaha terlihat baik-baik saja didepan Clarissa. Tapi ternyata aku tidak sekuat itu, Clarissa selalu memahami apa yang sedang kurasakan sehingga saat ini aku sedang menangis tersedu-sedu didepannya.
"Ris gue kecewa banget tapi gue ga bisa apa-apa" Ucapku sambil mengelap ingus dan air mataku yang keluar sejak tadi.
"Paham Sya paham..." Ucap Clarissa.
"Gue mulai sayang sama dia tapi malah kayak gini akhirnya Ris" Ucapku yang masih menangis dihadapan Clarissa.
"Gue tau perpisahan bukan sesungguhnya kemauan lo sama Rendy Sya. Tapi perpisahan ini udah takdir dari yang diatas Sya. Ini yang terbaik buat lo dan Rendy"
"Keputusan gue udah bener kan Ris?" Tanyaku memastikan pada Clarissa.
"Bener Sya... Udah bener banget. Lo baik banget udah mencoba mengikhlaskan Rendy buat cewe itu dan anak mereka. Itu hal yang hebat banget Sya, lo ga mau anak itu lahir tanpa sosok seorang Ayah. Keputusan lo udah tepat banget, gue bangga sama lo Sya, lo bener-bener orang yang baik ga semua orang bisa ngelawan ego mereka. Its okay, buat ngerasa sedih kayak sekarang itu perasaan yang sangat amat wajar dialami manusia. Jadi keluarin semuanya Sya... abis itu lo tenangin diri lo okay?" Ucap Clarissa sembari menyeka air mataku.
Aku pun mengangguk mendengar ucapannya. Aku benar-benar bersyukur mempunyai Sahabat seperti Clarissa dihidupku.
"Tapi Sya... sorry kalo gue ngungkit hal ini. Gue bener-bener penasaran kenapa lo bisa putus sama Rama? Soalnya waktu itu kalian berdua lagi ga ada masalah apa-apa, dia ga kasar kan ke lo sampe berani main tangan ke sahabat gue sendiri. Atau Rama selingkuh dari lo? Soalnya gue kaget tiba-tiba gue liat dia jalan sama adik lo" Tanya Clarissa padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasya [TAMAT]
Chick-Lit"Disaat teman-temanku iri dengan kebahagiaan yang ditampilkan oleh pasangan yang sedang menjalani cinta dan kasih sayang. Aku iri dengan mereka yang mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia" Di usiaku yang baru menginjak 18 tahun yang kupikirkan...