"Udah gih sana masuk" ucap Rendy padaku.
"Kamu ga mau mampir dulu?" Tawarku pada Rendy.
"Maunya juga gitu, tapi masih banyak urusan yang harus aku selesaikan di resto Sya" ucapnya tak enak hati padaku.
"Ya udah gapapa. Kamu hati-hati ya pulangnya, makasih udah nganterin aku" ucapku sembari membuka seatbelt.
"Salam sama Oma kamu dan semuanya ya" ucap Rendy yang tiba-tiba mencium keningku.
Apa niiiiii
Kok gue cuma bisa diam kayak patung giniiiUntuk beberapa saat aku pun tersadar kemudian membalas pertanyaannya dengan anggukan. Aku tidak berani menatap matanya dan sontak melihat kearah sekitar rumah Oma, takut-takut ada yang melihat kejadian tadi. Setelah kurasa aman, aku pun langsung keluar dari mobil Rendy.
"Hati-hati ya Ren. Sekali lagi makasih buat tumpangannya"
"Iya, aku duluan ya"
Setelah melihat mobil Rendy menghilang dari pandanganku, aku pun masuk ke dalam rumah Oma.
"Nasya, kapan sampainya?"
"Baru aja Oma. Oh iya, selamat ulang tahun Oma, maaf Nasya telat datangnya"
"Gapapa, ayo makan dulu. Liat badan kamu udah kurus kayak gini"
"Ini malah naik 2 kg Oma"
"Naik 2 kg sama aja bohong. Ayo ikut Oma ke dapur, Oma masak banyak"
Aku mengikuti Oma berjalan dari belakang. Saat sampai di dapur ternyata Ibu, Kinan, Dede, dan Rama sedang makan bersama di meja dapur.
"Nasya mau makan apa? Nanti Oma ambilin" ucap Oma sembari mengambil piring dan menaruh nasi diatas piring tersebut.
"Ga usah Oma, Nasya bisa ambil sendiri kok" ucapku beralih mengambil piring yang ada di tangan Oma.
Setelah mengambil lauk pauk, aku pun duduk kemudian memakan makanan yang ada di piringku. Di hadapanku ada Oma dan di sampingku ada Rama yang juga sedang makan hidangan masakan Oma. Aku melihat makanan yang ada di piring Ibu dan Kinan ternyata sudah mulai habis, sepertinya mereka makan lebih awal.
"Kinan, bantu Ibu bawain piring-piring kotor kebelakang"
"Iya bu"
Ibu dan Kinan kemudian membawa piring-piring kotor, meninggalkan aku, Oma dan Rama yang masih makan di meja makan ini.
"Oma ga tau di antara kalian berdua ada masalah apa" ucap Oma tiba-tiba.
Aku terkejut mendengar Oma berkata seperti itu, mulutku otomatis langsung berhenti mengunyah makanan ini. Aku melihat kesamping, terlihat Rama sama terkejutnya denganku. Bedanya, Rama masih bisa mengunyah makanan yang ada di mulutnya dan masih santai melahap makanannya.
"Tapi, Oma harap kalian berdua bisa menyelesaikan masalah kalian tanpa melibatkan orang lain. Apalagi sampai menyakiti hati orang lain, karna ulah kalian berdua"
Aku masih diam mendengarkan perkataan Oma. Sepertinya Oma sudah mengetahui bahwa aku dan Rama sudah tidak mempunyai hubungan yang spesial lagi.
***
Sudah lama aku tidak kesini, setelah kulihat-lihat rumah Oma tidak banyak berubah hanya cat dindingnya saja yang berubah. Lain daripada itu, semua masih sama saja. Setelah aku makan, aku tidak pergi ke ruang tengah. Karena aku malas untuk bertemu para tante-tante rempong yang pastinya sudah sangat bisa ditebak mereka akan kepo dengan urusan orang lain termasuk urusanku.
Lebih baik aku menghindar sebelum diberikan pertanyaan seperti 'kapan nikah?', 'jangan lama-lama sendiri nanti jadi perawan tua', 'awas dilangkahin sama adeknya'
Baru memikirkannya saja sudah membuatku kesal.
Aku berjalan kebelakang rumah dengan niat untuk mencari angin, karena sudah terlalu sumpek aku berlama-lama didalam. Setelah sampai dibelakang rumah bisa kulihat langit malam ini ternyata sangat indah, banyak bintang-bintang yang bertebaran di atas sana. Kalau diperkotaan beda lagi ceritanya, jarang sekali aku melihat bintang-bintang sebanyak ini di langit malam perkotaan.
"Sendirian aja?"
Aku menengok kebelakang ternyata ada Om Brata. Om Brata adalah suami dari si 'nek lampir' yaitu Tante Von. Tante yang ku benci dari dulu sampai sekarang.
"Iya Om" jawabku sopan.
"Om gak nyangka ternyata Nasya yang Om kenal sudah berubah menjadi lebih cantik, kurus dan mempesona"
Om Brata berjalan mendekatiku, dia melihatku dari atas sampai bawah. Ada apa dengan dirinya? Aku menjadi risih dilihat seperti itu.
"Hehe iya Om. Kalau gitu Nasya masuk duluan Om, mari.."
Aku segera pergi untuk meninggalkan Om Brata, rasanya tidak nyaman berada didekat Om Brata. Perasaanku saja atau memang Om Brata melihatku dengan tatapan yang 'mesum'.
"Tunggu dulu, Om belum selesai bicara sama kamu"
Om Brata menghentikan langkahku dan menarik tanganku sampai berada didekat dirinya.
Aku terkejut dan takut dengan sikap Om Brata yang seperti ini, aku melihat ke sekelilingku. Aku berharap ada orang yang datang dan menghampiri kami. Agar aku bisa secepatnya pergi dari Om Brata. Tapi hasilnya nihil, sekelilingku tidak ada orang lain selain aku dan Om Brata.
"Om maaf, Nasya harus masuk kedalam Oma pasti sudah menunggu Nasya didalam" alibiku.
Aku hendak melepaskan tangan Om Brata yang memegang tanganku. Seolah tau apa yang akan aku lakukan, Om Brata langsung semakin kuat memegang tanganku.
"Temenin Om sebentar, Om belum selesai sama kamu Nasya!"
Rahang Om Brata mengeras, wajahnya me-merah dan aku baru menyadari sesuatu setelah aku tak sengaja menghirup nafas Om Brata.
Om Brata Mabuk!
Aku shock dan semakin merasa takut, Om Brata semakin kuat memegang tanganku.
Aku bingung harus melakukan apa, disekitarku tidak ada barang yang bisa ku pakai untuk memukul Om Brata.
Tiba-tiba Om Brata memegang daguku, membuat wajahku berada tepat di depan wajahnya.
"Nasya, kamu sangat cantik"
Aku sangat takut bahkan sekarang tubuhku gemetar, rasanya aku ingin menangis.
"Wanita seperti kamu sangat sayang dilewatkan begitu saja" ucap Om Brata melihat tubuhku dari atas sampai bawah.
"Om, Nasya mohon lepasin Nasya" ucapku bergetar dihadapannya.
Wajah Om Brata mendekat dan menghirup sisi leherku. Setelah itu, wajah Om Brata fokus melihat dadaku. Kulihat tangan kirinya terangkat perlahan-lahan mendekat kearah dadaku. Aku hanya bisa diam dan kini menangis dihadapannya, berharap akan ada belas kasihan dari Om Brata, hingga tiba-tiba....
"BRENGSEK! SIALAN!"
Om Brata terjatuh dihadapanku. Ada yang memukulinya, aku tidak bisa melihat dengan jelas karna air mata yang menumpuk di mataku. Saat aku menyeka air mataku, aku bisa melihat lebih jelas ternyata yang memukuli Om Brata adalah Rama.
"Mau apa lo bangsat!"
Rama menaiki tubuh Om Brata dan terus memukuli Om Brata yang ada di atas di tanah. Pipi Om Brata berdarah, tidak hanya itu hidungnya juga mengeluarkan darah. Aku harus menghentikan Rama sebelum Om Brata mati ditangannya.
"Rama udah" ucapku pada Rama.
Rama melihatku kemudian berdiri dan langsung memelukku. Tangannya mengelus-elus rambutku, nafasnya pun terengah-engah.
"Kamu gapapa?" Tanyanya dengan nada yang khawatir.
Aku mengangguk dan kembali menangis setelah ditanya seperti itu oleh Rama.
"Ada aku disini, tenang Sya"
.
.
.
.
.Jangan lupa Vote dan Komennya✨

KAMU SEDANG MEMBACA
Nasya [TAMAT]
ChickLit"Disaat teman-temanku iri dengan kebahagiaan yang ditampilkan oleh pasangan yang sedang menjalani cinta dan kasih sayang. Aku iri dengan mereka yang mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia" Di usiaku yang baru menginjak 18 tahun yang kupikirkan...