21 - Modus

230 28 3
                                    

"Jangan pergi" ucap Rama menahan tanganku.

"Apalagi?" Tanyaku melihat kearah Rama.

"Temenin gue makan" ucap Rama dengan cengirannya.

"Lo masih sayang sama Clarissa?" Tanyaku langsung pada Rama.

"Kenapa tiba-tiba lo nanya itu?" Ucap Rama dengan wajah terkejutnya.

"Kalo lo jawab, nanti gue temenin lo makan"

"Iya masih" jawab Rama.

"Walaupun lo tau Clarissa lebih milih mantannya?" Tanyaku lagi.

"Iya"

"Ternyata lo bucin juga"



***



Setelah tadi aku dan Rama makan didalam sebuah Restoran yang berada di dalam Mall. Aku pun mendapat telfon dari Oma, bahwa adikku mencariku. Dengan segera aku pun bergegas pergi ke Rumah Sakit dan jangan lupakan Rama, Rama terus saja mengekoriku dari belakang.

Setelah sampai di kamar inap adikku, aku bisa melihat bahwa ada Ibu, Oma dan Om Bima yang masih duduk di sofa kamar ini. Setelah melihat adikku aku pun langsung menyapa adikku ke tempat tidurnya.

"Dede, udah bangun?" Tanyaku menghampiri adikku.

"Teteh kenapa baru dateng?" Tanya balik adikku padaku dengan wajah yang sedih.

"Teteh sibuk, baru bisa jenguk sekarang. Maafin Teteh ya" jawabku memeluk adikku.

"Itu yang dibelakang Teteh siapa?" Tanya adikku melepaskan pelukkanku.

Saatku melihat kebelakang ternyata yang di maksud adikku adalah Rama. Untuk apa Rama mengekoriku sampai disini, harusnya dia duduk saja bersama Oma dan Om Bima di sofa tadi.

"Ini namanya Kakak Rama masa dede lupa? Waktu itu kan udah pernah ketemu dirumah Oma" jawabku menjelaskan.

"Dede lupa"

"Halo dede" ucap Rama mendekati adikku.

Saat Rama menyapa adikku, adikku pun langsung merentangkan kedua tangannya kepada Rama, pertanda bahwa Ia minta digendong. Memang, adikku tau saja ada lelaki tampan disini. Tunggu dulu, tampan? Ya memang kuakui Rama cukup tampan dengan postur tubuhnya yang tinggi, kulitnya yang bersih, rambutnya yang rapi dan dengan senyumannya yang manis. Ah kenapa aku jadi membahas hal itu? Lebih baik aku fokus saja ke adikku.

"Dede tau aja ada kakak yang ganteng ya?" Ucap Omaku melihat Rama telah menggendong adikku dipelukkannya.

"Kakak lama wangi" ucap adikku yang bisa kulihat memeluk Rama sambil mengendus baju Rama. Wah, adikku boleh juga modusnya.

"Dede, ayo sama Teteh aja" ucapku membujuk agar berada digendonganku.

"Gamau, mau sama kakak lama aja" ucap adikku semakin mengeratkan pelukkannya pada Rama.

Astaga, adikku benar-benar

"Hahaha, kalo dede gamau jangan dipaksa" ucap Oma padaku.

"Hehe iya Oma, Oma udah makan?" Tanyaku.

"Sudah, justru Ibu kamu tuh ga makan-makan dari tadi. Coba bujuk dulu Ibu kamu buat makan" jawab Oma.

Oma tidak tahu saja, kalau aku dan Ibuku sedang tidak akur alias sedang bertengkar hebat tadi. Tapi masa Ibuku belum makan daritadi? Aku khawatir hanya saja aku gengsi kalau harus menyapa Ibu duluan. Bagaimana ini?

"Tante ayo makan. Kebetulan Rama sama Nasya belum makan tadi" ucap Rama tiba-tiba.

Aku pun segera menoleh ke arah Rama, ada apa dengan lelaki itu? Kenapa tiba-tiba dia bicara seperti itu? Padahal aku dan dia tadi sudah makan di Restoran.

"Dede juga mau makan" ucap adikku.

"Wah cucu Oma pinter, akhirnya mau makan juga" ucap Oma.

"Iya bial sama kayak kakak lama" ucap adikku dengan polosnya.

"Ayo Ibu juga mau makan, Nasya kamu juga harus makan" ucap Ibuku.

.
.
.
.
.

Jangan lupa Vommentnya :)

Nasya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang