[12] AKAR MASALAH

3.5K 355 9
                                    

"Seorang perempuan, sebelum ia menikah ia adalah milik ayahnya, sedang surganya ada pada ibunya. Ketika ia menikah, saat itu juga ia bukan lagi milik ayahnya dan surganya berpindah pada suaminya"

[DIARY AIRA]

"Bagaimana kabarmu sayang, baik kan?"

"Aira baik Bun, Abang pindah tugas ya Bun?"

Saat ini Aira tengah berbincang melalui panggilan video call dengan Bundanya. Genap satu bulan menikah dengan Fauzan, Aira jadi jarang sekali berkabar dengan sang Bunda. Beberapa kali Bunda dan Ayahnya sempat menanyakan tentang Fauzan. Beribu alasan juga Aira berikan untuk menjawabnya.

Malam saat akad berlangsung, dalam g-meet yang sengaja disipakan hanya nampak 2 room. Room pertama adalah ayah dan bundanya, sedangkan room kedua hanya hitam saja, sebab fitur vidio dan audionya di nonaktifkan.

Bang Raihan dan mbak Nazwa malam itu tidak bisa ikut andil karena sedang dalam perjalanan menuju Aceh. Sejak abangnya menjadi bagian dari TNI AD, Raihan memang sering dipindah tugaskan. Jika biasanya sendiri, kali ini Nazwa ikut diboyongnya.

"Iya, Pasti kamu ngak dikabarin lagi ya?"

"Iya Bun, keknya bang Raihan udah ngak inget kalau masih punya adek"

Nampak dari sebrang Bundanya tertawa ringan, "Kamu bahagia nak dengan pernikahan ini?"

Aira tersenyum simpul sebelum menjawab sang Bunda, "InsyaAllah Bun, doakan Aira selalu bahagia ya"

"Fauzan memperlakukan kamu dengan baik kan nak?"

"Banget Bun. Mas Fauzan bahkan lebih dari kata baik buat Aira"

Tanpa Aira sadari, dibalik dinding penghubung antara ruang tengah dengan ruang tamu, kini tengah berdiri sosok yang sedang dibicarakan dengan sang Bunda.

Fauzan sengaja berdiam diri, ingin mengetahui apa yang akan dikatakan gadis itu pada Bundanya. Awalnya Fauzan mengira bahwa Aira akan mengatakan semuanya pada sang Bunda.

Ternyata prediksinya mleset. Hanya hal-hal baik yang Aira katakan, padahal semuanya tak pernah ia lakukan pada Aira. Gadis itu berbohong untuk menutupi masalah dalam rumah tangganya.

"Semenjak akad bunda tidak pernah melihat Fauzan, dimana dia nak?"

Lidah Aira kelu, ia bingung harus mengatakan apa pada Bundanya. Sudah satu minggu ini Fauzan tidak kembali kerumah.

Beberapa waktu lalu Umi siti sempat datang kerumah dan mengatakan bahwa Fauzan keluar kota, ada keperluan mendesak dan tidak bisa untuk menghubungi Aira.

Hari ini, genap 2 minggu Aira tidak tau bagaimana kabar Fauzan. Si kembar sesekali datang kerumah Aira untuk mengecek kondisi Aira dan mengirimkan beberapa makanan.

"Mas Fau-"

"Fauzan di sini Bun"

Aira membeku ketika suara Fauzan mengintrupsi kalimatnya. Belum hilang keterkejutanya, Fauzan malah mendudukkan dirinya tepat disamping Aira, kemudian disampirkannya tangan kekar miliknya ke bahu Aira. Dengan jarak sedekat ini, Aira bisa mencium aroma lemon yang khas dari tubuh Fauzan.

Mata Aira berkaca-kaca, akhirnya suaminya pulang kerumah. Lebih dari itu, jantung nya juga ikut berdetak abnormal karena jarak duduk Fauzan dan ia yang sangat dekat.

"Kapan mau sambang ke Semarang nak?"

"InsyaAllah secepatnya Bun. Fauzan sedang mengatur jadwalnya"

Bunda menampilkan senyum manisnya, "Bunda dan Ayah titip Aira ya nak. Bimbing ia dengan baik, jika melakukan kesalahan tegurlah dengan cara terbaik. Jika kamu merasa sudah tidak sanggup lagi membimbingnya" Bunda menjeda kalimatnya sebentar dengan sedikit memaksakan senyum kepada Fauzan, "Kembalikan Aira kepada Bunda dengan baik"

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang