[30] EKSEKUSI

3.5K 363 86
                                    

Allah adalah sebaik-baik pemberi takdir. Apa yang terjadi sudah sesuai dengan kadarnya. Bersabarlah, niscaya kamu beruntung”.

[DIARY AIRA]

•••√√√•••

Bantu spam komen ya, biar semangat upload bagian revisi berikutnya. Terima kasih ✨

Sejauh ini gimana? Suka sama ceritanya?

Kalian nemu cerita ini dari mana?

Spam disini dengan: ✨

****

“Bang Miko!”

Miko yang dipanggilpun menoleh kesumber suara. Fauzan datang dengan nafas terengah-engah dan peluh membasahi keningnya.

“Ente ngebut Zan?” tanya Adnan, dan dibalas anggukan oleh Fauzan.

Pletak!!!

“Kalau mau nyari mati jangan sekarang. Istri ente belum ketemu tolol!” umpat Adnan

Fauzan hanya bisa memutar bola mata malas mendengar celotehan Adnan. Sedikit kesal dengan ucapan yang dilontarkan sahabatnya itu.

“Bang Mik, kata Bang Raihan ini suru ngasih ke ente” ucapnya sambil menyerahkan kotak bludru yang ia ambil. “Kok ente bisa kenal ipar ane bang?” lanjutnya setelah kotak bludru tersebut diterima oleh Miko.

Bukan Miko namanya kalau dia menjawab pertanyaan lawan bicaranya dengan sempurna. Adnan tertawa keras melihat wajah kesal Fauzan yang tak terima dikacangin oleh Miko. Mengabaikan Adnan yang masih asik tertawa, Fauzan mengambil duduk didekat Miko.

“Nan, mending ente balik aja deh. Pengantin baru, ngak baik klayapan mulu”

Adnan berjalan ke arah kulkas yang ada didapur. Ruang keluarga dan dapur milik Miko memang tak ada sekatnya, jadi siapapun yang ada diruang keluarga akan dengan leluasa melihat apapun yang dikerjakan seseorang didapur, begitupun sebaliknya.

Laki-laki itu meraih 3 minuman dingin dan juga beberapa snack ringan dari almari yang berada disamping kulkas. Adnan membawanya dengan sedikit kepayahan karena tangannya penuh. Fauzan yang melihatnya tak ada minat untuk membantu. Semua snack tersebut dibawa keruang keluarga dan meletakkan semua bawaanya tepat disamping Miko oleh Adnan.

“Salwa yang minta. Dia ngrasa bersalah sama Aira, jadilah ane yang dikorbanin buat bantu nyari bini ente” Jawabnya sambil membuka satu kaleng soda dan meminumnya beberapa tegukan.

“Ente kepaksa bantuin a—” ucapan Fauzan terpotong karena panggilan Miko.

“Fauzan, Ini monitor kalung Gps milik Aira” ucapnya sambil terus mengotak-atik layar laptop dihadapannya.

Fauzan dengan cepat merapatkan diri kearah Miko dan ikut melihat ke layar laptop. Lelaki itu seolah melupakan perdebatan nya dengan Adnan sebelumnya. Kembali fokus kepada apa yang menjadi prioritasnya saat ini.

“Aktif” Miko berseru dengan lantang, membuat Adnan dan Fauzan terkejut. Keduanya hanya bisa mendelik kesal tanpa bisa mengucapkan apapun.

Keadaan semakin menegang, mereka berharap kalung milik Aira bisa membantu menemukan titik terang.

“Dapat. Kita kesana sekarang. Fauzan, hubungi Raihan segera”

Tanpa banyak tanya lagi, Fauzan menjalankan perintah Miko dengan baik. Miko bergegas memasukkan beberapa benda kedalam tasnya. Adnan juga mengambil sebuah pistol yang ada dilaci rumah Miko. Tentunya pistol yang memiliki lisensi resmi.

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang