[15] BUAH KESABARAN

3.4K 374 16
                                    

Cinta tak pernah gagal panen, sebab bahagia dan sedih itulah hasil permanen”.

[DIARY AIRA]

“Ra, ada e-mail masuk dari salah satu organisasi internal kampus”

“Dari mana?” Tanya Aira sambil meletakkan tas lempang miliknya dan menarik kursi disamping mejanya, netranya mulai fokus memindai data-data yang ada dihadapannya

“HIMA FEBI UINSU” Rifa berbicara dengan terus menatap layar laptop, “Sebenarnya ada dua, yang satu dari organisasi muslimah istiqomah”

“Terus?”

“Yang pertama minta kamu ngisi seminar kewirausahaan dan yang kedua meminta kamu mengisi kajian”

“Lah, kok?” Aira tertawa dan langsung memutar penuh badanya kearah Rifa.

Ini memang bukan kali pertama Aira diminta mengisi seminar kewirausahaan. Sejak dia menjadi mahaiswi, Aira juga sudah sering dimintai menjadi Narasumber dalam seminar serupa. Satu hal yang membuatnya tertawa adalah, dia dimintai mengisi kajian. Apa tidak salah? Bahkan rasanya Aira tidak pantas untuk mengisi kajian tersebut.

“Kok malah ketawa, ini gimana?”

“Waktunya kapan?”

“Harinya barengan, cuman yang muslimah Istiqomah itu ba'da ashar”

Rifa bangkit menuju dispenser, mengambil dua gelas yang sengaja disediakan dan menuang air kedalam gelas tersebut. Satu gelas untuknya dan satunya ia berikan pada Aira
Aira menggak habis air yang diberikan Rifa setelah membaca basmallah.

“Memang aku pantes Rif, buat ngisi kajian?”

“Ini bukan kajian islam pada umumnya Ra. Kata yang ngirim e-mail ini semacam sharing season aja gitu, terus kamu juga bisa kasih motivasi buat para muslimah yang mau buka usaha juga. Ya tapi tetep, kasi siraman rohani dikit” Rifa menjelaskan dengan diakhiri cengiran lebar

“Tempatnya dimana?”

“Yang HIMA FEBI di Aula FEBI, yang satunya di Masjid Raya Medan”

Aira menimbang-nimbang sebentar. Jarak tempuh antara kampus tersebut dengan masjid raya kurang lebih dua puluh menit. Rasanya cukup jika Aira menyanggupi keduanya. Mengingat acara di Kampus juga tidak lebih dari jam satu siang.

“Oke, sampaikan saja aku menyanggupi. Asal tidak berubah waktu dan hari”

Rifa mengacungkan jempolnya ke Aira dan jarinya segera kembali berselancar diatas keyboard.

“Kita dikasih waktu satu minggu untuk melunasi uang ganti rugi Ra”

“Iya, Pak Robi tadi juga menyampaikan hal itu padaku”

“Kamu ada uangnya?”

“Masih kurang kalau untuk sampai 1 Milyar Rif”

“Maaf Ra, aku ngak bisa bantu banyak. Kamu tahu sendirikan sejak ikut kamu keluar dari kantor—”

“Ngak papa Rif, aku yang harusnya minta maaf banyak merepotkan kamu”

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang