[29] DENDAM DAN CINTA?

3.5K 345 49
                                    

"Bahkan setiap daun yang gugur saja sudah ditentukan kapan mereka akan jatuh".

[DIARY AIRA]



Fauzan bergegas mendatangi titik dimana terakhir Aira mengirimkan share location. Berkali-kali mencoba menghubungi Aira tapi tak kunjung mendapatkan balasan. Setelah menempuh perjalanan 30 menit lamanya, akhirnya Fauzan tiba dilokasi dimana Aira mengirimkan kabar kali terakhir.

Fauzan turun dari motor dan melepas helm nya secara tergesa-gesa. Diedarkan nya pandangan keseluruh penjuru, tidak ia temukan apapun disana selain kesunyian. Berkali-kali ia meneriakkan nama Aira namun tak kunjung ada sautan. Iya, Fauzan berteriak seperti orang kesetanan, bukan lagi hanya memanggil.

“Aira kamu dimana”

“Raaa”

“Aira, kamu dimana, saya datang”

Nafas Fauzan memburu dadanya terasa sangat sesak. Rasa khawatir semakin menyelimuti hatinya. Lokasi yang dikirim Aira benar-benar terpencil, entah apa yang sebelumnya dilakukan gadis itu disana. Sekeliling nya hanya lahan kosong dan jauh dari pemukiman penduduk. Handphone Fauzan berdering, nama Adanan terpampang jelas di layar. Segera Fauzan mengangkatnya dan membalas salam dari Adnan .

“Aira ngga ada disini Nan. Saya udah nyari kemana-mana”

Ane ada ditempat Bang Miko, antum kesini ya. Ane sharelock, ngak usah banyak nanya. Langsung kesini”

Setelah panggilan terputus, Fauzan segera membuka room chat nya dengan Adnan. Dilihatnya lokasi dari tempat ia berada berjarak 20 menit, tidak terlalu jauh. Sebelum benar-benar meninggalkan lokasi tersebut, Fauzan kembali mengedarkan pandangan berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.

Nihil.

Fauzan tidak menemukan apapun. Laki-laki dengan jaket hitam itu menunduk, menyandarkan kepalanya kebagian depan tangki motor ninjanya. Air matanya luluh tak tertahan. Baru saja ia hendak berusaha memperbaiki hubungannya dengan Aira, gadis itu malah mendapatkan hal terduga, bodohnya ia tidak bisa langsung menjemput istrinya saat sedang dalam keadaan darurat.

“Raa, kamu harus tetap baik-baik saja untuk saya”.

Setelah sedikit lega, Fauzan kembali menarik pedal gasnya menuju ke rumah Miko dengan kecepatan diatas rata-rata. Jam menunjukkan pukul 22.45, sudah sangat larut dan dia masih belum mendapatkan kabar dari istrinya.

****

Fauzan dan Adnan kini sedang bertemu dengan Miko. Orang kepercayaan dari keluarga Salwa. Keduanya sedang berusaha mengotak-atik jejak digital lokasi terakhir Aira berada. Fauzan sedari tadi tak henti-hentinya melafazkan doa dan salawat. Pikirannya mulai berkelana jauh.

Perhatian Fauzan teralihkan begitu ponsel miliknya berbunyi. Nama Raihan terpampang jelas disana. Tambah cemaslah Fauzan sekarang. Abang iparnya itu jarang sekali menghubungi dirinya ataupun Aira jika tidak ada kepentingan memdesak. Maklum, sibuk.

"Assalamu'alaikum Bang" Salam Fauzan begitu sambungan terhubung

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, dimana adek Abang Zan?" tanya Raihan to the poin.

Fauzan gelagapan menjawabnya. Mau mengatakan jujur, ia takut dijadikan kambing guling oleh Raihan. Kalau jujur, juga tetap jadi kambing guling. Fauzan tak punya pilihan, tapi sayangnya dia lebih memilih-

"Aira ada di-"

"Abang ngak suka dibohongi Zan. Jawab sekarang!"

"A-aira hilang Bang"

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang