[18] MUHASABAH CINTA

3.3K 367 32
                                    

Note: Play mulmed please...
Yang belum follow, boleh dong follow. Gratis kok hehe.

*****

Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya”.
.
“Dalam rumah tangga, sesekali akan Allah timpakan ujian, supaya keduanya saling menggenggam”.

[DIARY AIRA]



Perceraian halal kan Ustadz?”

Pertanyaan terakhir Aira benar-benar berdengung ditelinga Fauzan. Bagaikan kaset rusak, suara tersebut terus-menerus berulang. Hatinya mulai was-was dan tak sabaran ingin pulang.

Beberapa saat lalu ia juga mengirimkan pesan pada istrinya itu. Tak satupun pesanya dibalas. Fauzan paham sekarang, ternyata begini rasanya diabaikan.

Pak Amin langsung membuka pintu gerbang begitu melihat sorot mobil milik Fauzan didepan pagar. Setelah mengucapkan salam dan terima kasih, Fauzan langsung masuk kedalam rumah.

Laki-laki itu tadinya dengan tergesa ingin menemui Aira. Langkahnya urung ketika ia malah melihat Aira yang sedang merapikan makanan di dapur.

“Raaa”

Aira menoleh kesumber suara. Gadis itu mendekat dan menyalimi tangan Fauzan tanpa suara. Ketika hendak melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, pergerakan Aira terhenti karena bahunya dicekal oleh Fauzan.

“Apa maksud pertanyaan kamu tadi Ra?”

“Pertanyaan apa mas?”

“Apa maksud kamu bertanya perceraian itu halal?”

“Memang benar kan, perceraian itu halal” ucapnya berlalu melanjutkan pekerjaannya

“Kamu tidak berniat berpisah kan Ra?”

Aira diam tidak menjawab pertanyaan Fauzan. Gaids itu hanya tersenyum simpul mendapat pertanyaan dari suaminya tersebut.

“Ayo makan dulu mas” ajaknya

“Kamu bohong Ra”

“Aira ngak ngerti maksud mas Fauzan apa” jawabnya, gadis itu mengambil piring dan diletkkan ditempat dimana Fauzan biasa makan.

“Kita ngak bisa menahan seseorang terlalu lama kan mas. Apalagi menahan dia yang memang enggan untuk tinggal”

“Raaaa”

“Ayo makan, keburu dingin nanti mas”

“Aira!” Fauzan meledak, ia tidak tahan dengan sikap Aira. Gadis setenang air ini benar-benar menyiksanya.

“Tenanglah mas, lagian kapan Aira mengajukan Khulu' pada mas?” jawabnya menatap datar Fauzan, “Lagipun, rasanya kalau benar Aira mengajukannya, mas Fauzan pasti tidak akan keberatan kan?”

“Kalaupun terjadi, rasanya aku lebih memilih pembatalan perkawinan mas. Hmm, atau Mas Fauzan sendiri juga mau mengajukan hal yang sama?”

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang