[37] TITIK

3.9K 348 36
                                    

****

Holla, semakin dekat menuju ending. Boleh saya minta review teman-teman terhadap cerita Diary Aira?.

Tulis disini ya!.

Biar saya semakin semangat update revisiannya.

*****

Emosi yang ia tahan selama beberapa hari ini akhirnya meledak sudah. Satu bogeman kuat meluncur di wajah Anton yang dalam kondisi sudah di borgol. Saking kuatnya, Anton sampai terjengkang kebelakang. Darah segar mengalir dari hidung laki-laki bertato itu.

“Bangsat!”

Untuk kali pertama Raihan mengumpat keras. Seumur hidup, baru kali ini kata-kata kotor meluncur dari mulutnya. Seandainya Bundanya tau, sudah habis mulutnya dilakban. Sebagai seorang kakak, dia selalu mendapatkan didikn untuk berlaku baik. Agar bisa dijadikan teladan untuk adiknya —Aira.

Kalau saja anggotanya tidak menahan Raihan, bogeman kedua sudah pasti akan kembali didapatkan Anton.

“Komandan, tahan. Jangan gegabah, istighfar komandan” Rudi, sebagai salah satu anggota paling dekat dengam Raihan memberikan nasihat.

Selama membersamai Raihan, baru kali ini Rudi melihat komandannya begitu mengerikan. Urat-urat dileher dan tangan Raihan benar-benar menggabambarkan bagaimana buruknya kondisi emosional Raihan.

Raihan terduduk, kepalanya menunduk dalam. Berulang kali ia mengucapkan istighfar sebagaimana penuturan Rudi. Anton yang melihat pemandangan itu hanya terkekeh geli. Menganggap bahwa emosi Raihan ternyata seremeh itu.

Setelah dirasa lebih baik. Raihan kembali berdiri dengan tegap. Kondisinya nampak jauh lebih baik dari sebelumnya.

“Sudah cukup anda bermain-main dengan saya. Saya pastikan, anda mendapatkan hukuman mati atas perbuatan yang sudah anda lakukan”.

Lagi, Anton hanya terkekeh mendengar ucapan Raihan. Seolah tidak ada ketakutan apapun dalam dirinya. Melihat itu, senyum miring juga menghiasi wajah Raihan.

Raihan maju beberapa langkah, kemudian kepalanya ia condongkan kearah Anton, berbisik Raihan mengucapkan kalimat yang berhasil memancing emosi Anton. “Adikmu, juga akan menyusulmu”

“Anj*ng!”

“Jangan pernah kau sentuh Rifa, atau Aira akan benar-benar mati, Raihan!”

Anton memberontak keras, sayangnya cekalan anggota Raihan tak mampu ia lunakkan. Kata-kata kotor terus meluncur dari mulutnya. Raihan tersenyum puas dengan kondisi tersiksa Anton.

Sebagai seorang kakak, Raihan sama-sama tau apa yang menjadi ketakutannya. Sama hal nya Raihan, kelemahan Anton ada pada Rifa—adiknya. Bukan tanpa sebab, Rifa memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap Aira. Adiknya hampir meregang nyawa karena ulah dua manusia biadab itu.

“Bawa dia ke kantor!”

Tanpa menunggu lama, Anton kembali diseret dan dimasukkan kedalam mobil. Penjagaan untuknya benar-benar ketat. Raihan tidak ingin kehilangan targetnya untuk kesekian kalinya.

Seandainya bukan karena pangakat yang ia sandang saat ini. Bisa dipastikan Anton benar-benar mati ditangan Raihan, bukan hanya Anton, Rifa juga demikian. Raihan masih tau harkat dan martabat yang ia sandang. Ia tidak akan gelap mata, karena ia tidak mau Aira memiliki kakak seorang pembunuh.

Jika ditanya bagaimana hancurnya hati Raihan, rasanya sudah tidak bisa lagi digambarkan. Berulang kali dalam kesunyian ia meyakinkan diri sendiri bahwa adiknya akan baik-baik saja dan dia bisa kembali melihat wajah ayu adiknya. Sayangnya, kabar buruk yang ia terima sebelum menemui Anton terus mengusik isi kepalanya.

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang