"Berharap itu manusiawi, tapi kalau berlebihan ya menyiksa diri".
[DIARY AIRA]
•
•
•Hai, sejauh ini gimana? Kalian bisa nebak alur yang saya buat? Atau malah mumet sendiri? Xixi~
•••√√√•••
Fauzan masih mengamati room chat nya dengan Salwa. Beberapa menit lalu perempuan itu mengirimkan sebuah pesan kepada Fauzan. Ingin bertemu untuk mengatakan sesuatu.
Fauzan dirundung gelisah, ia bingung antara mau menemui atau menyudahi saja. Disisi lain, Fauzan juga penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Salwa, karena perempuan itu terus saja mendesak dan mengatakan bahwa ini penting.
Fauzan melirik Aira yang datang dari arah dapur untuk menghampirinya di ruang tamu. Sejenak alis Fauzan tertaut, kondisi Aira jauh dari kata baik. Basah kuyup.
"Mas" Aira menghampiri Fauzan dengan melebarkan senyumnya, ini lebih tepat ke nyengir sih sebenarnya.
"Kran didapur jebol" cengiran Aira kian melebar kala melihat Fauzan langsung berdiri
"Kamu basah gara-gara benerin kran?" Aira mengangguk "Udah bener?" sambungnya
Kali ini Aira menggeleng, "Puteran nya malah patah. Aku ngak ngerti cara benerinnya gimana" jawabnya polos sambil menunjukkan patahan keran dihadapan Fauzan.
Fauzan menggeleng takjub, "Kenapa ngak manggil dari tadi"
Fauzan bergegas berjalan ke dapur. Laki-laki itu terkejut melihat dapur digenangi oleh air. Fauzan kembali menggelengkan kepala melihat kondisi dapur yang sudah seperti kapal pecah, dengan air yang mengalir dari kran yang jebol.
Fauzan berbalik, melihat ke arah Aira yang kini mengangkat dua jarinya tanda peace. Entah dorongan dari mana Fauzan malah menyentil dahi Aira kemudian terkekeh ringan. Perlakuan Fauzan yang seperti ini membuat Aira membeku dengan mulut sedikit terbuka.
Fauzan mengabaikan respon Aira dan memilih menuju kran didapur untuk diperbaiki.
"Pipanya patah" Fauzan merapikan beberapa perlatan yang sudah berserakan karena ulah Aira, "Ra, ambilkan pipa di belakang rumah"
Aira tidak merespon gadis itu malah diam tanpa ada pergerakan apapun. "Aira!" panggil Fauzan sedikit keras yang akhirnya bisa menyadarkan Aira.
"Eh, kenapa mas?"
Fauzan berbalik sambil melingkis lengan gamisnya sampai siku. Setelah itu tangannya bercak pinggang menghadap Aira. Tadinya ia baru selesai muroja'ah, jadi belum sempat mengganti baju. "Ambilin pipa dibelakang, ini pipanya patah"
"Oh iya, sebentar mas"
Aira berlalu menuju belakang rumah, disana ada beberapa box kayu serta kardus yang berjejer rapi. Pipa berbagai ukuran ditegakkan disudut tembok. Aira mengambil satu pipa panjang yang sesuai dengan ukuran yang ada di dapur.
"Ini mas" Aira menyerahkan pipa yang diminta Fauzan "Mas ngak mau ganti baju dulu?"
Fauzan menggeleng, "Tanggung"
Fauzan mulai membenarkan kran sementara Aira mulai membereskan beberapa perlatan yang sudah ia gletakkan di sembarang tempat. Mengepel genangan air di lantai serta mengelap beberapa perkakas yang terciprat air.
Kegiatan keduanya selesai, diwaktu yang bersamaan dengan ponsel Fauzan yang berdering. Nama Salwa terpampang jelas dilayar ponsel Fauzan. Aira bisa melihatnya, tapi lebih memilih pura-pura sibuk. Fauzan mengangkat telfon tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY AIRA [TERBIT]
Spiritual[PART MASIH LENGKAP, SILAKAN SEGERA BACA] 18+ disini maksudnya adalah, cerita yang ditulis mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan, hanya untuk menunjang karakter tokoh. Tidak untuk ditiru!. [Follow sebelum membaca] ========= Menikah dengan ses...