[33] MENUJU AKHIR?

4.2K 421 58
                                    

“Allah tak pernah salah memilihkan kasih pada hambanya. Salahnya, hambanya tak pernah bersyukur dengan kasih yang diterimanya”

—Maira Salsabilla Gunandhi—




[DIARY AIRA]

••••

Brak!!!

Astaghfirullah” Fauzan berjingkat karena terkejut mendapati suara ribut dari luar ruang inap Aira. Kepalanya sedikit pening karena badanya dipaksa langsung berdiri untuk mengecek keadaan sekitar dengan badan sedikit sempoyongan menahan kantuk.

Nampak seorang balita laki-laki duduk sambil memeluk lututnya. Fauzan mendekati bocah tersebut, suara tangis anak tersebut tambah kencang ketika Fauzan duduk dihadapannya.

Don't touch me!!!! Help me,,,, help me..."

“Hei, tenang saya tidak akan melukai kamu. Jangan menangis ya”

Anak tersebut masih setia memeluk lututnya, bedanya setelah beberapa menit anak tersebut baru mau mengangkat wajahnya. Fauzan tersenyum melihat perubahan tersebut.

Fauzan hendak menanyakan sesuatu pada anak tersebut, namun urung saat sadar ada suara gaduh dari ruang rawat inap istrinya. Fauzan bangkit dan berlari menuju ruangan istrinya.

DORRR!!!

Fauzan mematung didepan pintu melihat adegan yang baru saja terjadi.
Aira, istrinya, hampir saja mendapat senapan dari timah panas jika saja gadis itu tak bangun dari tidurnya. Jantungnya berdetak sangat kencang sebelum akhirnya ia tersadar setelah mendapat dorongan dari belakangnya dan membuat ia tersungkur dilantai.

“Mas Fauzan, awas!” teriak Aira lantang

Tiang infus yang berada didekat Aira dengan terpaksa diangkat gadis itu untuk melindungi suaminya. Dengan sekali hentakan, tiang tersebut berhasil mengenai laki-laki yang beberapa saat lalu menembakan peluru dari pistol.

Melihat Aira dan Fauzan yang tersungkur dilantai, Anton tidak tinggal diam. Ditembakkannya kembali piston kearah punggung Aira sampai berkali-kali. Jantung Fauzan serasa lepas dari tempatnya. Anton yang merasa puas tindakkannya berhasil langsung berlari meninggalkan ruangan Aira.

“Airaaaa”

Teriakan dan kegaduhan yang terjadi berhasil menarik perhatian beberapa pasien dan pengunjung rumah sakit. Tanpa menunggu lama, didepan ruangan Aira sudah dikerumuni oleh beberapa orang asing.

Seorang dokter laki-laki yang kebetulan sedang melakukan visit dikamar sebelah Aira langsung dengan sigap memberikan laporan dan segera mengajak Fauzan untuk memindahkan Aira agar mendapatkan pertolongan segera.

Aira yang terbaring diatas brangkar berusaha memanggil Fauzan yang sedang mendorong brangkar miliknya “Mas”

Fauzan yang dipanggil menundukkan wajahnya sambil terus berlari.

“Saya disini Ra, bertahan ya. Saya mohon” Lagi-lagi Fauzan menitikan air matanya. Dadanya remuk redam ketika mendapati sang istri kembali terluka karena kelalaiannya.

“Terima kasih ya. Mas jaga diri baik-baik ya”

“Kamu harus tetep sama saya, baru saya terima ucapan terima kasihmu. Kamu harus bertahan untuk kembali mengucapkan nya dengan cara yang benar Ra”

Bukannya menjawab Aira malah menutup matanya, tepat saat Fauzan sampai didepan ruang OK. Tidak sempat ada balasan dari Aira karena pintu ruangan tersebut sudah langsung tertutup rapat.

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang