Harusnya, ini menjadi part terakhir dari Diary Aira. Entah kenapa, saya kepikiran untuk mengulurnya 1 part lagi. Alurnya sedikit berubah. Semoga tetap berkenan ya teman-teman. Happy reading!.
****
Sesuai dengan yang sudah disepakati oleh Fauzan dan Aira. Keduanya saat ini sudah berada dalam perjalanan menuju Madinah menggunakan Kereta cepat-Haramain Express. Bukan tanpa alasan Fauzan memilih menggunakan kereta cepat. Lagi-lagi ia mempertimbangkan kondisi kesehatan Aira.
Jika umumnya perjalan Bus Makkah-Madinah menghabiskan waktu 6-7 jam. Menggunakan kereta cepat, hanya butuh 2 jam 30 menit untuk sampai ke Madinah. Fauzan memilih kelas bisnis, dengan harga tiket 315 sar, atau sekitar Rp.1.273.000 per orang.
Sebelum keduanya berangkat, sudah terjadi cek-cok kecil. Aira yang masih muntah-muntah, kekeuh untuk tetap mau berangkat ke Madinah. Dengan berat hati, akhirnya Fauzan mengiyakan permohonan Aira. Sesaat sebelum mereka turun dari kereta, Fauzan kembali menuntun Aira untuk membaca doa ketika memasuki kota Madinah dengan doa singkat.
"Kita berdoa dulu ya, kamu ikuti saya"
Aira memgagguk patuh dan mulai mengikuti bacaan dari Fauzan.
اللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُ نَبِيِّكَ، فَاجْعَلْهُ لِي وِقَايَةً مِنَ النَّارِ، وَأَمَانًا مِنَ العَذَابِ وَسُوْءِ الحِسَابِ وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَارْزُقْنِي فِي زِيَارَةِ نَبِيِّكَ مَا رَزَقْتَهُ أَوْلِيَاءَكَ وَأَهْلَ طَاعَتِكَ، وَاغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي يَا خَيْرَ مَسْؤُوْلٍ
"Arti doanya apa mas?"
"Ya Allah, ini tanah suci nabi-Mu, jadikanlah ia sebagai pelindung bagiku dari api neraka dan keamanan dari siksa dan keburukan hisab, bukakan bagiku pintu rahmat-Mu, karuniakan aku dalam menziarahi nabi-Mu anugerah yang Kau berikan kepada para wali-Mu dan hamba-Mu yang taat, ampunilah aku, berikan rahmat-Mu padaku, wahai sebaik-baik zat yang diminta".
"Tadi doa paling pendek, lain waktu saya ajarkan kamu doa lengkapnya. InsyaAllah"
Aira hanya mengangguk sebagai jawaban. Notifikasi di ponselnya mengalihkan fokusnya. Kini, Aira nampak serius dengan kegiatannya sampai ia tidak sadar kalau keduanya sudah sampai di hotel kalau saja Fauzan tidak menegurnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Fauzan bergegas menuju lobi untuk memgambil kunci kamar. Aira duduk disalah satu kursi yang ada di lobi tersebut. Tangannya masih sibuk menari diatas ponselnya. Terhitung 30 menit sebelum mereka tiba, Aira kembali sibuk dengan ponselnya sendiri. Bukan Aira sekali menurut Fauzan.
"Raaa"
"Astaghfirullah"
Fauzan mengrenyit bingung atas respon berlebihan Aira.
"Kamu ngapain, dari tadi saya perhatikan serius sekali dengan ponsel"
"A-ah nggak papa mas, hanya ada sedikit urusan"
Uhuk!!!.
Aira kembali terbatuk dengan durasi yang cukup lama. Fauzan duduk disebelah Aira dan menepuk ringan punggung Aira. Hidungnya seperti mencium bau darah, namun ia tidak melihat apapun. Aira juga tidak sedang masa haid.
"Kamu pasti kedinginan, ayo ke kamar" ajaknya sambil menarik ringan Aira.
Aira hanya menurut, perempuan itu sesekali meremas gamis hitamnya. Tanganya terulur membenarkan letak cadar yang ia kenakan. Dengan sengaja, ia menekan bagian mulutnya. Begitu dugaanya benar, ia kembali membersihkan tanganya dengan gamis yang ia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY AIRA [TERBIT]
Spiritual[PART MASIH LENGKAP, SILAKAN SEGERA BACA] 18+ disini maksudnya adalah, cerita yang ditulis mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan, hanya untuk menunjang karakter tokoh. Tidak untuk ditiru!. [Follow sebelum membaca] ========= Menikah dengan ses...