[38] PENJAGA HATI

3.6K 321 35
                                    

"Kenapa harus yang paham agama? Kalau bisa yang paham agama kenapa cari yang lainnya?"

[DIARY AIRA]

*
*
*

Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat". (HR. Bukhari Muslim).

Waktu awal pernikahan, Fauzan tidak tau apa alasan ia menerima pernikahannya dengan Aira. Bagaimana mau menemukan alasan, kalau dia saja belum mengenal baik siapa yang ia nikahi. Berbanding terbalik dengan Aira yang bisa dengan mudah menerima kehadiran Fauzan dalam hidupnya.

Setelah banyak berbincang dengan Ayah mertuanya, Fauzan jadi tahu apa alasan istrinya begitu legowo dengan takdirnya. Fauzan senyum-senyum sendiri ketika mengingat ucapan Ayah Husein.

"Ayah juga baru tau, kalau ternyata kamu laki-laki yang diam-diam dia cintai nak"

"Waktu ayah tanya, kenapa bisa suka sama kamu, dia malah jawab karena kamu yang dia mau. Karena kamu punya agama yang bagus. Begitu"

Ayah terkekeh sendiri dengan kalimatnya. Fauzan hanya bisa tersenyum simpul. Lagi-lagi dia sadar sudah mengecewakan Aira.

"Terus waktu Ayah tanya. Kenapa nggak yang lain? Mau tau dia jawab apa?"

"Apa yah?"

"Kalau ada yang paham agama kenapa harus yang lain"

Sekarang Fauzan sadar, kenapa Allah menakdirkan ia dengan Aira. Perempuan dihadapannya ini menyabet gelar paket komplit dalam kriteria pemilihan pasangan berdasarkan syariat islam. Meski tidak cantik, Aira ini memiliki paras yang manis. Sangat tidak membosankan untuk terus bisa dipandangi. Bagi Fauzan, memandangi Aira bagaikan menikmati amgin segar, teduh menenangkan.

Fauzan baru saja kembali dari masjid. Saat ia ke masjid, rupanya Aira bangun. Sayangnya, saat ia kembali istrinya sudah kembali memejamkan mata. Efek obat yang diberikan memang seperti ini kata dokter. Melihat kondisi Aira yang sudah lebih baik juga membuat Fauzan semakin membaik. Bahkan luka jahit miliknya tak ia hiraukan, saking senangnya bisa kembali bersua dengan istrinya.

Tangan kiri Fauzan masih setia menggenggam istrinya. Sementara tangan kanannya ia gunakan untuk memegang Al-Qur'an. Lisannya masih setia melantunkan setiap kalam Allah yang begitu indahnya. Mata Fauzan tertutup saking menikmati bacaan miliknya, sampai ia tidak sadar bahwa perempuan yang ia genggam sedang memandanginya.

Mata Fauzan terbuka saat ia merasa agak lupa dengan bacaan ayat berikutnya. Tepat saat itu, ia bisa melihat senyum meneduhkan milik Aira yang sangat ia Rindukan. Bacaannya refleks berhenti. Bibirnya kelu, tapi hatinya mengharu biru.

"Assalamu'alaikum, Mas Fauzan"

Suara ini, adalah suara yang sangat Fauzan rindukan. Lebih dari 10 hari ia tak mendengar suara Aira, rasa rindunya membuncah. Hanya sapaan ringan inilah satu-satunya obat mujarab untuknya. Fauzan mendongak untuk menahan air matanya. Sebelum akhirnya membalas salam Aira.

"Wa-alaikumussalam Warahmatullah"

Tidak ada nama, tidak ada embel-embel sayang. Mendadak Fauzan ngeblank, rasa grogi juga tiba-tiba menyergap hatinya. Bagaikan seorang laki-laki yang pertama kali menemui pujaan hatinya. Dasar Fauzan!.

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang