[21] FAUZAN DAN AIRA

3.6K 367 15
                                    

Orang yang cintanya sejati, akan terdidik dirinya untuk mudah melakukan pengorbanan”.

[DIARY AIRA]



Note: Boleh dong bantu share cerita ini, agar bisa dijangkau lebih banyak orang. Ambil baiknya, buang buruknya ya.

•••√√√•••

Setelah makan malam dan sedikit berbincang, kini tibalah saat yang dikhawatirkan Aira.

Bagaimana keduanya akan tidur nantinya?.

Kamar Aira hanya ada ranjang yang muat digunakan untuk satu orang. Tidak ada sofa maupun kasur lantai disana. Tidur pisah kamar? Yang benar saja, bisa ngamuk kalau ayahnya sampai tau.

Kamar Aira itu kecil, hanya 3x4 tidak seperti kamar-kamar yang lain dirumahnya. Sengaja, dulu ia mengatakan tak terlalu suka kamar yang besar, toh hanya ditempati oleh dirinya sendiri.

Sekarang dia malah merutuki keinginannya dimasa lalu. Apa boleh buat, kamar dengan nuansa biru itu sudah terlanjur ia kuasai sejak dulu.

 Apa boleh buat, kamar dengan nuansa biru itu sudah terlanjur ia kuasai sejak dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklek!!!

Fauzan membuka pintu kamar Aira. Pandangannya langsung bertemu dengan sang istri yang duduk diatas meja belajar menghadap dirinya. Sejenak, Fauzan merotasi matanya mengelilingi kamar Aira.

Tak lama tangan kanan laki-laki tersebut terangkat, menggaruk kepalanya sendiri yang bahkan tidak gatal sama sekali.

“Ini, kamarmu?”

“I-iya mas”

“Kenapa ukurannya segini?”

Bukan, maksud Fauzan bukan meremehkan. Dia hanya heran saja, kenapa kamar gadis usia 22 tahun sekecil ini.

“Kan cuman Aira yang nempati mas, makanya Aira minta dibuat ukuran kecil”

Fauzan menghembuskan nafasnya pasrah. Dihadapkan dalam situasi yang awkawrd dengan Aira membuat kepalanya pening. Tanpa banyak berkata, Fauzan mengganti bajunya dan membaringkan diri diatas ranjang kecil milik Aira.

Aira yang melihat Fauzan sudah menempatkan posisi hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apapun.

“Kamu ngak mau tidur?”

“Hah?”

“Tidur Ra”

“E-anu itu” Aira medesah frustasi bingung bagaimana mau mengatakannya pada Fauzan, “Kan ada kamu, aku tidur dimana” Aira mengucapkan dengan sangat pelan namun Fauzan masih bisa menangkapnya.

“Kemarilah”

“Hah?”

Fauzan berdecak, Aira ini kalau lagi grogi sangat kentara sekali. Fauzan sebenarnya juga gemas dengan tingkah istrinya, tapi gengsinya lebih tinggi. Ia berusaha mati-matian menahan tawanya.

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang