[10] CAMBUKAN UNTUK FAUZAN

4K 342 31
                                    

Seringkali manusia mudah menasehati, tetapi lupa Bagaimana cara menerapkan pada diri sendiri”.

[DIARY AIRA]



“Ustadz, saya mau tanya. Beberapa waktu lalu saya telah menikah. Saya menikah dengan wanita yang belum pernah saya temui sebelumnya, kami dijodohkan. Tepatnya atas permintaan ibu saya saat itu. Pernikahan kamipun terasa mendadak. Jujur, belum ada cinta dihati saya untuk istri saya, bahkan saya justru tengah menaruh hati kepada perempuan lain. Apa yang harus saya lakukan ustadz?” tanya salah satu jama'ah laki-laki dengan gamis putih dan peci hitam yang berada pada barisan nomor dua

Laki-laki yang dipanggil ustadz itu tertegun. Sejenak, ia serasa kehilangan pijakannya di bumi. Mendengar pertanyaan dari salah satu jama'ahnya membuat ia sedikit dilema dalam menanggapi.

“Pertanyaan yang cukup menarik, mari kita simak jawaban dari ustadz Fauzan ya. Silakan ustadz” Sang moderator memberikan waktu untuk Fauzan menjawab. Ia, laki-laki yang dipanggil Ustadz itu adalah Fauzan, suami Aira.

Fauzan berdiri dari tempatnya, menetralisir perasaannya ia mengambil nafas perlahan, kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan berusaha mengontrol dirinya sendiri.

“Dalam islam, tentulah kita mengenal yang namanya Qadha dam Qadar bukan?. Secara sederhana, Qadha merupakan ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (zaman dahulu sebelum penciptaan alam semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk-Nya”

“Nah, sementara qadar sendiri memiliki arti ukuran dan timbangan, yang telah ditentukan sebelumnya.”

Fauzan menarik nafasnya sejenak sebelum melanjutkan tausiyah nya.

“....Allah berfirman dalam Q.S. Al-An'am ayat 59;

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ.   

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz). (QS. al-An’am: 59).

“Para jama'ah yang InsyaAllah dirahmati Allah. Sejatinya jodoh, Rizki dan juga maut. Semua sudah Allah atur sedemikian rupa untuk kita. Tinggal bagaimana kita menjemput apa yang menjadi takdir kita. Apa yang Allah tentukan pada kita, itulah yang terbaik untuk kita, yang ditentukan oleh Allah berdasarkan ilmu-Nya, bukan ilmu kita”

Fauzan kembali diam sebelum melanjutkan ucapannya. Ada rasa sesak yang menyeruak dalam hatinya.

“....Secara umum, islam telah memberi tuntunan dalam memilih pasangan. Salah satunya melalui hadits riwayat al-Bukhari. Disebutkan di dalamnya bahwa kiriteria pasangan ideal adalah hartawan, rupawan, keturunan mulia, dan kuat agamanya, yang utama adalah yang terakhir....”

“....Pembahasan mengenai jodoh, rizki, ajal dan perceraian terkait erat dengan tauhid atau keimanan seorang muslim yaitu iman (percaya/yakin) dengan takdir dari Allah Ta’ala. Semua hal di dunia ini sudah ditakdirkan, tetap manusia memiliki kehendak dan ikhtiar. Kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, menikah atau tetap sendiri, mempertahankan keluarga atau bercerai semua itu adalah pilihan bagi manusia....”

DIARY AIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang