“Sekarang ataupun nanti, sebentar ataupun lama. Sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang kita terima. Sebab kita tidak pernah tau, kapan kita akan menerimanya lagi. Atau bisa jadi, ini adalah nikmat terakhir yang kita miliki”.
—Maira Salsabila G—[DIARY AIRA]
*
*
*Akhirnya hari yang dijanjikan tiba. Kamis, 9 Februari 2023 adalah hari dimana Fauzan dan Aira akan bertolak ke Saudi Arabia. Fauzan juga baru tahu, bahwa Aira memilih Makkah sebagai tujuan pertama. Ia fikir, Aira akan berkeliling dulu dibeberapa negara yang sering dikunjungi sebelum umroh, seperti Turki misalnya.
Saat packing semalam, Fauzan sempat bertanya. Kenapa langsung ke Makkah? Aira menjawab, sudah kangen katanya. Selama persiapan, Fauzan benar-benar tidak mengizinkan Aira melakukan aktifitas apapun. Semua keperluan mereka berdua, Fauzan yang menyiapkan tanpa bantuan siapapun. Sesekali Fauzan akan bertanya apakah Aira akan mengenakan pakaian ini dan itu.
Ada kekhawatiran besar dalam hati Fauzan untuk Aira ketika tau bahwa mereka akan langsung ke Jeddah. Kondisi Aira memang sudah membaik, namun entah mengapa perasaan Fauzan justru sebaliknya. Ia bahagia bisa mendampingi istrinya untuk umroh bersama, namun disisi lain Fauzan memiliki kecemasan yang begitu besar. Perasaan mengganjal masih sangat mendominasi dirinya sampai-sampai membuatnya susah tidur semalaman.
Saat ini Fauzan, Aira dan anggota keluarga lainnya sudah berada di Bandara Kualanamu. Tidak lama lagi keduanya akam segera take of. Penerbangan mereka berangkat pukul 13.00 WIB dan diperkirakan tiba di Bandara King Abdul Aziz pada pukul 21.00 waktu setempat. Kalau dihitung-hitung kisaran 9 jam.
Durasi perjalanan yang tidak sebentar, dengan tujuan langsung ke Jeddah, sudah dipastikan bahwa Aira memang kekeuh untuk langsung melaksanakan Umrah ketika tiba disana. Harapan Fauzan, Aira bisa terus tetap baik-baik saja. Dia khawatir kalau Aira akan kelelahan, lebih-lebih kesakitan karena kondisinya sekarang.
Bunda Fatimah dan Ayah Husein masih setiap memeluk putrinya. Erat sekali, seolah menjadikan pelukan keduanya adalah pelukan terakhir. Setelah puas, barulah keduanya melepaskan Aira. Jangan berharap selesai begitu saja, Ummah dan Abuya juga melakukan hal yang sama. Mba Nazwa tidak bisa mengantar kepergian keduanya, mengingat dia sudah hamil besar, pun harus berjaga rumah menunggu Raihan yang berkemungkinan pulang.
“Sekali lagi, Ayah titip Aira ya nak. Jaga putri ayah baik-baik”
“InsyaAllah, Fauzan akan melakukan yang terbaik untuk Aira. Mohon doanya untuk kami ya Yah, Bun”
Fauzan menatap Abuya sekilas, kemudian mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Nampak senyum merekah terpatri di wajah bliau.
“Iya, akan Abuya bantu semuanya. Kalian yang khusu' ibadahnya. Sisanya biar kami semua yang urus”
Fauzan tersenyum, ada rasa lega dalam hatinya. Ia berharap urusannya disini bisa berjalan dengan lancar sampai ia kembali nanti. Setelah dirasa cukup, keduanya segera berlalu menuju gate untuk melakukan boarding. Tangan Fauzan masih setia menggenggam istrinya. Aira yang diperlukan demikian juga tidak menolak, dia manut saja asalkan suaminya itu senang. Fauzan tau istrinya itu suka sekali duduk didekat jendela, maka ia bertukar posisi dengan Aira setelah meminta izin kepada pramugari.
Pesawat mereka akhirnya lepas landas. Jika dulu ketika berangkat ke Kairo Fauzan lebih memilih diam dan mendengarkan murotal, kali ini ia menjadi sibuk memperhatikan istrinya. Sampai-sampai Aira salah tingkah dibuatnya.
“Mas ngapain sih, liatain aku gitu banget”
Fauzan hanya tersenyum merespon perkataan Aira. Entahlah, ia sendiri bingung. Belakangan rasanya selalu ingin dekat dengan Aira. “Memang ngga boleh ngliatin istri sendiri? Nanti saya ngliatin orang lain kamu cemburu” begitu godanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY AIRA [TERBIT]
Spiritual[PART MASIH LENGKAP, SILAKAN SEGERA BACA] 18+ disini maksudnya adalah, cerita yang ditulis mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan, hanya untuk menunjang karakter tokoh. Tidak untuk ditiru!. [Follow sebelum membaca] ========= Menikah dengan ses...