“Tidak ada yang bisa menyelamatkan dirimu selain Allah. Tidak ada yang bisa mengendalikan dirimu selain dirimu sendiri”.
[DIARY AIRA]
•
•
•Byur!!!!
Satu tong air beserta es batu mengguyur tubuh perempuan yang sedang diikat ditengah ruangan berdiameter 10x15. Rasa dingin langsung menjalar keseluruh tubuh. Air es, ketika menerjang kulit secara tiba-tiba pastilah memberikan efek shock kepada tubuh.
Mandi dengan air biasa dan langsung diguyur ke kepala saja bisa menyebakan stroke dan henti jantung. Apalagi ini, disiram air es dari kepala dalam kondisi awal tidak sadarkan diri. Aira meringis kesakitan, kepalanya pening tak tertahankan. Tangannya hendak terangkat untuk memijit kepalanya. Aksesnya terbatas begitu ia sadar dirinya dalam kondisi terikat. Aira memilih memejamkan matanya untuk menahan rasa ngilu yang menusuk sampai kedalam tulangnya.
“Nah, gitu dong bangun!”
Ucapan yang bersumber dari belakang Aira membuatnya terkejut. Ingin sekali dia menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara. Sayangnya ia tidak bisa melakukannya. Kepalanya langsung dipukul cukup keras saat hendak memutar.
“Astaghfirullah” desisnya, di tengah rasa ngilunya Aira masih berusaha untuk bertanya siapa perempuan dibelakangnya. Suaranya tidak asing, hanya saja karena dia mengenakan alat pendukung suaranya jadi tidak asli. “Siapa kamu?” .
Wanita dibelakang Aira terdengar melangkah. Perlahan tapi pasti, Aira bisa melihat postur tubuh perempuan yang dari tadi ada dibelakangnya. Celana jeans berwarna hitam dan kaos lengan pendek dengan warna senada. Rambutnya diikat kuda dengan masker dan kacamata yang masih tersemat ditempatnya.
Perlahan, perempuan itu berdiri menjulang dihadapan Aira. Dilepasnya kacamata hitam tersebut dan menampakkan sepasang mata yang menatap tajam tepat dimanik mata Aira.
“Lo bodoh atau pura-pura bodoh?” Sarkas wanita tersebut
Aira terdiam sejenak mengamati wajah yang masih tertutup dengan masker dihadapannya ini. Tak sampai lima menit Aira langsung bisa menebak dengan tepat siapa yang ada didepannya “Rifa!”
Gadis yang dipanggil Rifa itu melepas masker hitam yang ia gunakan. Senyum yang sangat lebar namun terkesan meremehkan menyambut pemandangan Aira.
“Lo itu sudah tau sejak awal Aira. Kenapa masih saja diam? Hmm?”
“Aku ngak ngerti mak—”
“Bulshit!!!” sentaknya, “Gue sama bang Anton udah mantau lo terus. Gue lakuin semua cara biar lo down”. Rifa nampak melingkis lengan bajunya sampai siku, “Ck, sialnya om Johan malah bantuin lo. Ah salah, lo yang minta bantuan si tua bangka itu” lanjutnya dengan menampilkan senyum smirk andalannya.
“Rif, sebenarnya apa yang kamu mau?”
“Cih, gue muak sama sikap lugu lo Ra, gue muak!. Lo tahu jelas apa yang gue mau” Rifa mendekatkan diri kearah Aira dan melanjutkan kalimatnya dengan berbisik “Aira sayang” bisiknya membuat bulu kuduk Aira meremang. Gadis itu bahkan sampai bergidik ngeri. Rifa yang melihat hal tersebut tersenyum menang, gadis itu kembali menarik diri menjauh dari Aira.
Aira paham apa yang dimaksud Rifa. Dia sudah mendapatkan seluruh informasi dari Johan terkait kejadian yang menimpanya. Tadinya ia ingin segera pulang dan meminta bantuan kepada Fauzan, naasnya dia kalah cepat dengan Rifa yang kepalang nekat.
“Sampai kapanpun aku ngak akan lepas mas Fauzan Ra. Pernikahanku dengan mas Fauzan bukan mainan”
“Gue ngak akan minta lo buat lepasin Fauzan, tapi gue jamin” Rifa berjongkok tepat didepan Aira, tangannya terulur membelai wajah aira yang masih memerah karena siraman air es sebelumnya, “Lo sendiri yang bakalan minta lepas dari Fauzan”
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY AIRA [TERBIT]
Spiritual[PART MASIH LENGKAP, SILAKAN SEGERA BACA] 18+ disini maksudnya adalah, cerita yang ditulis mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan, hanya untuk menunjang karakter tokoh. Tidak untuk ditiru!. [Follow sebelum membaca] ========= Menikah dengan ses...