Fachry telah selesai bersiap-siap dengan mengenakan setelan hitam-nya. Ia memakai topi yang menambah aura tampannya.
Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia sangat gugup. Ia takut , Rania tak akan menerimanya lagi. Tapi mau bagaimana lagi ? yang Fachry lakukan selama ini sangat salah. Ia menyembunyikan kebenarannya dan membuat Rania memiliki trauma yang cukup dalam. Bagaimana tidak ? waktu itu , lukanya belum sembuh saat ia ditinggal oleh kedua orang tua-nya lalu Fachry yang menempati posisi sebagai kekasihnya juga dikabarkan meninggal dan menghilang. Sampai saat ini luka yang dirasakan Rania masih selalu sama.
Tak terasa ia telah sampai di Cafe tempat mereka bertemu dulu. Ia telah melihat gadisnya duduk dengan sangat elegan. Rania memakai dress merah maroon selutut yang menambah kesan anggunnya. Semua mata menatap Rania kagum.
Fachry memasuki Cafe tersebut dengan perasaan yang sangat gugup untuk berhadapan dengan Rania. Ia paham betul bahwa Rania bukanlah seseorang yang mudah diluluhkan.
"Rania" ucap Fachry sambil menatap gadis angkuh didepannya dengan sangat lekat.
Deg.
"Kenapa orang ini sangat mirip dengan dia , bahkan suaranya-pun tak ada bedanya sama sekali." batin rania.
"Duduk." balas Rania dengan dingin.
"Aku bisa jelasin semuanya Rania, Aku Fachry. Waktu aku kecelakaan dulu , ternyata itu udah direncanain sama pemilik perusahaan aku. Waktu aku kecelakaan aku disembunyiin sama mereka karena waktu itu banyak yang iri sama aku karena aku adalah pewaris perusahaan itu. Waktu kecelakaan aku sempat koma. Sebulan setelah kecelakaan aku baru sadar. Dan aku kehilangan ingatan aku Ran. Benturan dikepala aku sangat keras. Hingga sekarang, setelah setahun aku berusaha mengingat tentang siapa aku, aku juga masih terapi rutin untuk hilangin trauma aku. Orang yang pertama aku ingat itu Devano. Aku langsung hubungin dia. Aku minta dia rahasiain ini semua. Aku baru aja dapetin ingatan aku Ran. Maaf kalau aku datengnya telat. Aku minta maaf karena udah ngilang selama ini. Aku minta maaf Rania." Jelas Fachry dengan tangan yang bergetar dan matanya yang berkaca-kaca.
Rania hanya bisa mematung. Ia tak bisa mengatakan apa-apa setelah mendengarkan ucapan Fachry. Ternyata selama ini Fachry berjuang keras untuk mengingatnya. Ia terharu , ia sangat bahagia sekarang.
Rania tak sadar , cairan bening mengalir pada pipi mulusnya yang saat ini terlihat tirus. Ia menatap Fachry dengan penuh kerinduan. Tak ingin berlama-lama Rania langsung memeluk Fachry dengan sangat erat. Ia menangis dalam pelukan Fachry.
Tak hanya Rania , Fachry juga sama senangnya. Ia senang karena Rania bisa menerimanya. Rasanya seperti mimpi.
"Ri , aku bersyukur sama Tuhan yang udah nyatuin kita lagi." Ucap Rania dengan terus mengeratkan pelukannya kepada Fachry.
"Aku jauh lebih bersyukur dari kamu Rania. Makasih karena udah bisa ngerti. Makasih karena udah bisa nerima aku lagi. Kemarin-kemarin aku sempat takut. Takut kamu udah ada yang baru." Balas Fachry sambil melepas pelukan mereka dan menatap Rania lekat.
"Aku gak punya siapapun selain kamu ri. Aku udah janji buat setia sama kamu."
"Kamu pulangnya kemana Ran ?" Tanya Fachry sambil mengusap pipi Rania lembut.
"Kamu udah mau nganterin aku pulang ri ? Aku masih rindu ri." Jawab Rania dengan nada tak suka.
"Hahah manja-nya kamu ternyata belum ilang ya Ran? Aku mau kerumah kamu aja, mau berdua. Mau quality time." Ucap Fachry dengan menaikkan kedua alisnya.
"Let's Go!!!" Ucap Rania dengan semangat lalu berlari meninggalkan Fachry yang sedang gemas melihat tingkah laku Rania.
"i'm lucky to have u Rania."
.
Saat ini Rania dan Fachry telah sampai dikediaman Rania yang baru. Rania baru saja membeli satu rumah mewah di Indonesia. Ia berpikir akan menyewakan rumahnya saat ia kembali ke Amerika nanti.
"Sejak kapan kamu beli rumah ini Ran?" Tanya Fachry sambil berkeliling melihat semua fasilitas dan perabotan yang ada dirumah ini.
"Kemarin." Jawab Rania singkat tanpa menoleh. Jujur saja , setelah setahun lamanya ia masih sangat gugup bertemu Fachry. Seperti ada yang menjanggal.
"Aku nginep disini ya?" Ucap Fachry sambil berjalan ke kamar Rania.
Tentu saja Rania terkejut mendengar perkataan Fachry yang terdengar santai.
"Kenapa diam ? Kamu bukan anak SMA lagi. Kamu udah jadi pemilik saham terbesar di Indonesia. Jadi gak ada salahnya dong aku tidur bareng kamu." Lanjut Fachry dengan santainya sambil memperlihatkan smirknya.
"Jangan macem-macem ya Ri , aku mau hubungan kita tetep sehat." Balas Rania dengan dingin sambil melemparkan tatapan tajam ke arah Fachry.
"Loh ? Kan biasanya aku cuma tidur Ran. Gak ngelakuin apa-apa ke kamu. Pikiran kamu kok mengarah kesana sih ? Duh pikiran kamu udah gak suci nih." Ucap Fachry dengan nada menggoda Rania. Rania kini terbungkam. Pipinya merona seketika.
"Jangan malu-malu gitu dong Rania , aku jadi gemes. Kalau aku gemes aku bisa ngelakuin ini loh." Ucapnya sambil menyium pipi. Rania sekilas dan berlari menuju balkon.
"FAHCRYYYYYYYYYY!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold couple
RomanceRania, seorang gadis yang berharap mendapatkan kebahagiaan kini menemukan kebahagiaannya walau hanya sementara.