Bimbang.

3.9K 143 8
                                    

Pagi ini, rania kembali bersekolah. Bertemu dengan teman-temannya yang pasti merindukannya. Kemarin, grup whatssapp rania sedang ramai. Bagaimana tidak? Teman-temannya sedang bingung mencari rania. ada-ada saja mereka.

Kali ini rania pergi ke sekolah bersama fachry. Tak ada percakapan apapun dimobil tadi. Mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Rania menyusuri koridor dengan tatapan yang sama. Sangat kosong. Entah apa yang membuat rania seperti ini, tapi ia merasa akan ada hal yang terjadi.

Setelah memasuki kelas, tampaknya teman-temannya sedang asik berbicara. Bergosip mungkin?

"Kemana aja lo ran?" tanya angel.

"Dirumah bareng fachry" jawab rania enteng membuat semua temannya kaget.

"APA!?" ucap mereka serempak.

"Husst, santai aja bisa ga sih?"

"Lo ngapain aja sama dia ran?" tanya acha polos.

pletak

"Awww sakit tau ran!!!" ucap acha kesal sambil memegang kepalanya yang dijitak oleh rania.

"Pikiran lo aneh soalnya" jawab rania sambil tertawa.

"Tau nih si acha, ada-ada aja" Lanjut angel.

"Udah-udah, Bu Efi menuju kesini. Kalian balik ke tempat kalian masing-masing gih" ucap fany dengan sangat bijak.

"SIAP BUNDA!" jawab mereka serempak lagi sambil tertawa.

...

Setelah bel istirahat berbunyi, rania dan kawan-kawan menuju kantin. Seperti biasanya mereka akan memilih tempat yang paling sudut. Jauh dari keramaian.

"Dia lagi" batin rania.

Kali ini rania yang akan memesankan makanan untuk teman-temannya. Dan ini adalah kesempatan teman-temannya untuk mengerjainya. Bagaimana tidak? Pesanan mereka hari ini sangat banyak. Ada 12 piring siomay, 10 Bakso, 20 Es teh membuat rania kelelahan. Entah siapa yang akan memakan semua makanan ini.

"Kalian ya bener-bener" ucap rania dengan wajah yang sangat kelelahan.

"Kapan lagi bisa ngerjain lu?"

...

Ditempat lain, Fachry sedang berada di salah satu perusahaan. Ada yang memanggilnya datang kesini. Entahlah, Fachry tak tau apa tujuannya ia dipanggil kesini.

"Selamat siang, dengan bapak Fachry?" Tanya salah satu karyawan di perusahaan ini.

"Iya"

"Pak Wira telah menunggu anda diruangannya. Silahkan pak saya antar" ucapnya dengan sangat lembut.

Setelah memasuki ruangan yang cukup luas dengan desain yang klasik. Ia dapat melihat seorang pria paruh baya namun tampak berwibawa duduk di sofa yang telah disediakan.

"Duduklah" ucap pak wira.

"Maaf, tapi ada urusan apa sampai saya dipanggil kesini?" tanya fachry dengan sangat gugup.

"Saya dengar, kamu adalah anak yang cerdas. Beberapa tahun terakhir ini saya memantau kamu. Saya hampir tau seluruh kegiatan kamu dalam kesehariannya. Tak ada maksud yang tidak baik. Saya membutuhkan kamu. Saya tidak memiliki anak, dan saya juga tidak bisa percaya begitu saja kepada keponakan-keponakan saya. Sedangkan di umur saya yang sudah terbilang tua saya belum menemukan pewaris harta saya. Apakah kamu bersedia?"

"Maaf, bukan maksud saya menolak pak. Tapi di perusahaan ini, pasti anda mempunyai seorang bawahan yang bisa anda percayai. Kenapa harus saya pak?"

"Saya tidak mudah mempercayai seseorang. Bisa jadi mereka menghianati saya nantinya. Dan seperti yang saya katakan, saya telah memantaumu selama beberapa tahun terakhir ini"

"Bisa saya pikirkan dulu pak?"

"Ya tentu, gunakan waktu kamu sebaik mungkin"

Jujur saja, fachry dibuat bingung karena pernyataan Pak Wira barusan. Kenapa harus dia? Banyak orang lain yang lebih berpengalaman dan sangat pantas. Apa fachry perlu membicarakan hal ini kepada orang tuanya? Tapi tidak. Sepertinya ia harus menyelesaikan ini sendiri. Membuat keputusannya sendiri.

Setelah pulang dari perusaan tadi, kini ia memilih memarkirkan mobilnya didepan sekolah rania. Menunggu sampai gadisnya pulang. Tak lama ia menunggu, ia telah melihat wajah yang selalu ia rindukan tentunya. Gadis yang memakai baju osis, rambut terurai, tas berwarna putih, dan sepatu converse berwarna merah. Satu lagi, dengan wajah yang selalu saja sama. Datar.

"Gimana sekolahnya?" tanya fachry kali ini sambil memerhatikan rania.

"Baik" jawabnya singkat tanpa menoleh.

"Aku mau cerita" ucap fachry.

"Cerita? tentang apa?" jawab rania kini dengan sedikit excited mendengar pernyataan fachry barusan.

"Kayaknya gak enak kalau kita parkir disini. Liat tuh temen kamu pada ngeliatin mobil aku" ucap fachry sambil terkekeh melihat kelakuan teman rania.

Rania pun menoleh, yang benar saja. Teman-temannya sangat usil. Rania pun menurunkan kaca mobil berniat ingin memarahi mereka.

Setelah kaca terbuka, terpampang jelas wajah tak bersalah mereka dengan cengiran yang khas. Setelah melihat tatapan tajam Rania, mereka memilih masuk kedalam mobil Acha.

"Ada-ada aja temen kamu" ucap fachry sambil mengacak pelan rambut rania.

"Sialan, baper gue"

"Blushing mba?" tanya fachry dengan wajahnya yang sedang menahan tawa. Rania bersumpah, ia sangat malu kali ini.

"Apasih, udah cepet jalanin mobilnya" jawab rania dengan sangat gugup.

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang