Setelah bersama Rania semalaman, melepas rindunya. Pagi ini ia pulang kerumah-nya. Bukan ke apartemennya lagi. Ia bersiap-siap bertemu keluarganya. Walau saat ini ibunya tidak berada di Indonesia, tapi nanti, setelah ia menemui ayah dan kakaknya ia akan segera terbang ke Amerika untuk menemui sang Ibu.
Ia mengecup puncak kepala Rania dengan lembut. Takut Rania akan terbangun. Ia menaikkan selimut Rania yang entah sejak kapan terlepas dari tubuh Rania.
Fachry menulis sebuah note kecil dan menempelkan-nya pada lemari Rania. Ia tak enak jika harus membangunkan Rania.
07.00 , Fachry bergegas kerumahnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia berharap keluarganya juga dapat mengerti , seperti Rania.
Kini ia telah berada di depan kediaman Devanendra yang hingga saat ini masih memiliki pengamanan ketat. Ia membunyikan klaksonnya agar satpam membukakan gerbang untuknya. Tentu saja , gerbangnya masih tertutup. Tak ada pergerakan sama sekali. Karena mobil Fachry sangat asing.
Fachry pun turun untuk bertemu dengan satpam yang sejak tadi berdiri menatap mobil Fachry tajam. Ia mengenali satpam itu. Masih satpam yang sama , satpam yang telah bekerja selama 10 tahun di rumah Fachry.
"Pak ? Apa kabar ?" Tanya Fachry dengan sangat sopan.
Deg
"Den F-Fachry ?" Ucapnya dengan mata yang melotot. Ia menepuk pipinya ingin memastikan bahwa ia sedang bermimpi.
"Iya pak , saya Fachry. Nanti saya jelasin semuanya ya pak. Boleh saya masuk ?" Tanya Fachry sambil terkekeh melihat ekspresi satpam-nya.
"Oh b-boleh den silahkan." Balasnya dengan wajah yang sangat bingung.
"itu tadi beneran den Fachry ? atau arwahnya ? masa arwah bisa ngendarain mobil sih ?" batinnya.
Fachry telah berada didepan pintu. Kali ini ia mencoba mengetuk pintu rumahnya. Jujur saja , ada banyak sekali yang berubah. Rumahnya kini terlihat semakin mewah , mungkin ? Lalu nuansa rumahnya yang dominan berwarna putih membuat Fachry senang melihatnya. Tak perlu lama menunggu telah ada yang mebukakan pintu untuk Fachry. Siapa lagi kalau bukan Clarissa?
"Assalamualaikum kak risa" ucap Fachry dengan lembut.
"Waalaikumussalam , eh ? FACHRY??? AKU MIMPI YA INII ?" balas clarissa dengan sangat terkejut melihat pemandangan yang ada didepannya. Ia yakin ini adiknya. Tapi adiknya telah meninggal setahun yang lalu.
Tanpa menjawab pertanyaan Clarissa , Fachry langsung menghambur pelukannya. Memeluk kakaknya seerat mungkin. Ia sangat rindu dengan semua perhatian-perhatian kakaknya. Semua sikap dewasa kakaknya. Ia rindu.
"Ri ? ini beneran kamu ?" tanya Clarissa sekali lagi memastikan.
"Iya kak risa , aku berhasil pulang. Papa ada kan di dalam ? aku bakal ceritain semuanya kak." jawab Fachry dengan wajah meyakinkan sang kakak.
"Iya ri papa ada , masuk aja dulu."
.
Ditempat lain , Rania mulai terusik dengan sinar matahari yang mengenai wajahnya. Ia mulai membuka matanya. Ia mencari Fachry disekitarnya untuk memastikan bahwa ia tidak bermimpi. Tapi nihil , tak ada Fachry disampingnya. Apa kemarin ia hanya berhalusinasi ? Ia mulai frustasi. Ia bergerak kesana kemari dan berpikir. Ia yakin , bahwa kejadian kemarin sangat nyata. Ia yakin ia tidak bermimpi. Sampai akhirnya ia berdiri didepan lemari kaca-nya berniat untuk menata diri lalu turun untuk memasak. Ia menemukan sebuah note kecil berwarna kuning.
"Rania , aku pulang kerumah dulu ya ? nanti aku balik lagi jemput kamu. Aku mau selesain kesalah pahaman ini dulu. Aku janji , kalau semuanya udah beres aku langsung temuin kamu. Oh iya aku udah buatin sarapan tadi. Dimakan ya sayang ?"
Senyum dibibir Rania mengembang. Ia merasa sangat bersyukur karena ia tak bermimpi. Rania mulai menuruni satu per satu anak tangga dengan wajah yang sangat ceria pagi ini. Tak seperti biasanya.
Saat ia sedang menikmati sarapan yang dibuatkan oleh Fachry , tertera nama Devano di ponsel Rania. Yah Devano menelponnya.
"Halo kak?"
"Ran , gue mau minta maaf soal Fachry. Dia masih hidup Ran dan gue bisa jelasin ini semua." ucap Devano diseberang sana dengan nada meyakinkan Rania.
"Gue udah ketemu sama dia kok kak, jangan ngerasa bersalah gitu. Ini bukan salah lo. Bukan salah Fachry juga. Udah ya , nikmatin aja honeymoon lo sama Angel. Gue baik-baik aja. Sampai nanti."
Jujur saja , Devano tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut Rania barusan. Tak sesuai dengan ekspektasinya. Ia mengira bahwa Rania akan marah besar dan malah sebaliknya.
"Lo bener-bener udah ngerubah hidup Rania ri."
...
Sedangkan di kediaman Devanendra , setelah Fachry selesai menjelaskan semuanya kepada Ayah dan Kakaknya terlihat bahwa kedua semangat hidupnya sangat shock. Ia tak menyangka ternyata putra satu-satu nya yang akan menjadi pewaris kekayaan ayahnya masih hidup.
Clarissa hanya bisa menangis bahagia memeluk adiknya. Ia berkali kali mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena telah mengembalikkan adiknya.
Tak lupa , Ayahnya juga menelpon sang Ibu dan menceritakan semuanya. Sang Ibu pun tak kalah senangnya. Jujur saja , setelah kepergian Fachry ibunya sangat rapuh. Ibunya kembali bekerja agar bisa melupakan masalahnya. Padahal ayah dan kakaknya telah menentang kemauan ibunya. Toh ayahnya memiliki perusahaan yang sukses disini.
"Nak , makasih karena kamu sudah kembali. Papah berharap kamu tidak akan pernah pergi lagi." ucap sang ayah sambil memeluk Fachry erat.
Lalu Clarissa pun ikut memeluknya. Mereka sangat bahagia. Akankah kebahagiaan ini berlangsung selamanya ? Apakah ini adalah akhirnya ? Atau akan ada masalah lagi yang akan mereka hadapi kedepannya ?
Hai , buat kalian semua yang masih tetap stay nungguin cerita ini makasih banget ya ? Gak kerasa cerita ini dari 2018 sampai sekarang belum tamat hehe. Maaf banget ya ? jujur ini cerita pertama aku. Dan selama penulisan cerita ini juga aku kadang ilang ide. Dan kadang aku juga lagi sibuk banget. Tugas numpuk. Tapi janji deh, beberapa part lagi bakal end. Dan aku bakal selesain cerita ini di akhir Agustus nanti. Sekali lagi makasih buat kalian yang masih stay. Love u guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold couple
RomanceRania, seorang gadis yang berharap mendapatkan kebahagiaan kini menemukan kebahagiaannya walau hanya sementara.