End?

4K 161 24
                                    

Rania masih bingung. Ia masih memikirkan perkataan ibu fachry kemarin. Bagaimana ini? Ia tak bisa begitu saja menyerahkan perusahaannya kepada orang lain. Walau orang itu dapat dipercaya, rania tetap tidak ingin jika perusahaannya ditangani oleh orang lain.

Rania memang sudah memikirkan ini semua sejak lama. Ia memutuskan untuk fokus dengan perusahaan orang tuanya. Sepertinya ia membutuhkan angel kali ini.

Ia segera mencari kontak angel di ponselnya. Lalu ia mengirimkan pesan agar angel segera menemuinya.





...





"Dek" ucap risa sembari mengetuk pintu kamar fachry.

"Masuk kak" jawab fachry dengan suara paraunya.

"Keputusan rania apa?" tanya risa dengan tatapan sendunya.

"Dia belom pernah ngehubungin gue sejak kemarin. Mungkin dia lagi mikirin ini semua. Gue gak yakin hubungan gue bisa lanjut. Dia bakalan fokus sama perusahaannya di amerika." jelas fachry.

"Kalau emang kalian gak ditakdirin bersatu, percaya sama gue. Dikehidupan selanjutnya, kalian bakal dipertemuin lagi." ucap risa menenangkan fachry.

"Aamiin kak. Oh iya gue mau cerita nih." ucap fachry dengan nada serius kali ini.

"Perusahaan pak wira lagi ada masalah. Ada yang ngincer gue katanya. Karena gue sebagai ahli waris kekayaan pak wira, jadi keponakan-keponakan pak wira ngincer gue kak. Sekarang ini, gue lagi dijaga ketat sama bodyguardnya pak wira. Tapi, lo gak usah khawatir. Gue bisa jaga diri, tenang aja." Lanjut fachry dengan menggenggam tangan risa.

"Dek, apa gak sebaiknya lo mundur aja dari perusahaan itu? Masalah ini udah bahaya banget sama keselamatan lo." ucap risa dengan khawatir.

"Gak usah dipikirin kak, gue bakalan baik-baik aja. Percaya sama gue. Dan gue harap lo gak cerita ke mama sama papa." balas fachry lalu beranjak ke kamar mandi meninggalkan risa yang masih mencerna perkataan adiknya barusan.


...



"Ada apa ran?" tanya angel sambil menyeruput kopi yang dibuatkan rania tadi.

"Ibu fachry, dia nyuruh gue buat nikah secepatnya. Dan, lo tau sendiri kalau gue mau ngelanjutin hidup di Amerika." jawab rania.

"Lo serius? ran, gue pikir lo bisa percayain vania buat ngurusin perusahaan lo di Amerika. Lo bisa tetep disini aja." usul angel.

"Gue gabisa ngel. Orang tua gue udah warisin harta dan udah dibagi rata. Bagian gue di Amerika. Dan gue rasa kak vania juga gak semudah itu buat ngasih gue bagiannya. Dia pasti milih tetep disini sama orang tua angkatnya." jelas rania.

"Jalan satu-satunya, kalian bicarain ini secara baik-baik. Kalau emang gak bisa dilanjutin lagi, kalian berdua harus pisah secara baik-baik juga. Dan lo, lo harus ikhlasin fachry. Lo tau kan gimana orang tuanya ngebet banget supaya fachry bisa nikah? otomatis mereka nyariin pengganti kalau lo gak bisa." ucap angel dengan meyakinkan rania.

"Gue udah pikirin itu semua ngel. Gue bakal akhirin hubungan gue sama fachry. Gue yakin, kalau gue udah sibuk disana gue bakalan bisa ngelupain fachry. Ya, gue pasti bisa." ucap rania dengan tersenyum sambil menahan air matanya.

"Gue sayang sama fachry ngel. Dia yang udah ngasih warna didalam hidup gue. Tapi kenapa? kenapa sekarang gue harus nge ikhlasin itu semua? Kapan gue bisa bahagia?" Lanjut rania dengan nafas terengah-engah.

"Ran, lo yang sabar. Bahagia itu hak semua orang. Tapi lo juga harus perjuangin kebahagiaan lo. Mungkin belum sekarang, lo harus sabar. Tuhan maha mendengar rania." jawab angel dan langsung memeluk rania erat. Ia tahu apa yang dirasakan rania saat ini. Ia tahu persis bagaimana perubahan rania setelah mengenal fachry.

"Makasih ngel, makasih udah jadi tempat cerita buat gue." ucap rania dengan senyuman diwajahnya.

"Lo cewek kuat ran, logikanya gini. Walau hidup lo bisa sebaik ini karena dia, tapi coba deh lo pikir-pikir lagi. Dulu sebelum ada dia, lo bisakan ngelewatin masalah lo sendirian? kenapa sekarang ngga?" ucap angel.

"Gue bakalan berusaha ngel." jawab rania lalu menghapus air matanya.

"Rania yang gue kenal itu kuat, gak cengeng kayak gini." ucap angel sambil tersenyum meyakinkan rania.



...



Amuz Gourmet Pt.2

"Apa kabar ran?" tanya fachry dengan canggung.

"Baik." jawab rania singkat.

"Apa keputusan kamu?" tanya fachry lagi dengan sangat gugup. Ia berharap rania membatalkan niatnya untuk pergi ke Amerika.

"Tetap pada tujuan utama." jawab rania lagi-lagi singkat.

"Kamu tau kan ran, orang tua aku pengen kita cepet cepet nikah." ucap fachry dengan lirih.

"Aku tau ri, makanya sekarang aku mau kita udahan aja. Aku tetep fokus sama perusahaan orang tua aku di Amerika. Kamu turutin orang tua kamu, aku juga gitu." jelas rania tanpa menatap fachry.

"Kamu serius ran?" tanya fachry sambil menggenggam tangan rania erat.

"Aku sayang sama kamu ran. Kenapa kamu gini? aku rela LDR, aku rela ran." Lanjut fachry.

"Udah ya ri, sampai kapanpun kita emang gabisa bersatu. Tuhan cuma mempertemukan kita, tapi tidak untuk menyatukan. Aku minta maaf." jawab rania lalu beranjak pergi dari hadapan fachry.

"Gue udah berusaha sebisa gue buat tetep stay disini ran. Gue udah berusaha buat jadi orang yang selalu ada buat lo, tapi kenapa kali ini lo mentingin diri lo? gue udah mutusin pindah kuliah kesini biar lo gak sendirian. Tapi kenapa sekali aja lo gak bisa berjuang buat gue? Sakit rasanya ran, disaat gue punya masalah kayak gini gue butuh lo. Dan lo, lo udah nyerah sebelum berjuang. Gue bakalan tetep stay ran. Seperti kata kak risa, dikehidupan kali ini kita emang gak bisa nyatu. Tapi dikehidupan selanjutnya, kita bakalan ketemu lagi ran."

Ucapan fachry membuat hati rania tertusuk. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia hanya ingin menjalankan amanah kedua orang tuanya. Rania melanjutkan langkahnya, ia tak bisa jika fachry harus melihatnya menangis.

'maaf ri, aku harus pergi' batin rania.

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang