3 tahun kemudian..
Rania POV.
Pagi ini, aku terbangun lebih awal dari biasanya. Yang benar saja, aku masih berada didalam pelukan Fachry yang saat ini telah berstatus menjadi suamiku.
Jika dipikir-pikir, aku sama sekali tak menyangka bahwa pria yang kutemui pada masa sekolah menengah atas menjadi suamiku sekarang.
Dan ini lah pemandangan sehari-hari yang aku lihat, wajah tampannya yang sedang tertidur dengan damai. Kulitnya masih seputih dulu dan tentunya wajah tampannya tak pernah pudar sama sekali.
Kueratkan kembali pelukanku kepada pria yang sangat kucintai ini. Sangat berat rasanya untuk beranjak dari tempat tidur jika sudah dalam posisi seperti ini.
Aku mencubit hidungnya gemas. Lalu mencium pipinya berkali-kali. Fachry terusik dengan gangguanku. Ia membuka matanya lalu tersenyum manis.
"Good morning Rania." Ucapnya lalu mengecup keningku lembut.
"Good morning too baby." Jawabku lalu segera beranjak.
"Mau sarapan dimana sayang?" Tanyanya yang juga ikut beranjak denganku.
"Kemana aja. New York kan luas." Jawabku sambil membaca majalah di balkon kamar kami. Ah-ya sudah setahun kami menetap di New York. Tidak ada alasan khusus. Karena perusahaan Fachry bisa berjalan tanpanya, jadi kami pindah karena hanya ingin mencari suasana baru.
"Yaudah, aku siap-siap dulu ya sayang. Kalau aku udah selesai, kamu juga gantian siap-siapnya ya?" Ucapnya lalu mengambil handuk yang telah kusiapkan untuknya. Aku pun mengangguk.
Selama tiga tahun ini, kami memang belum diamanahkan untuk memiliki keturunan. Akan tetapi Fachry sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Pun dengan keluarga Fachry. Mereka sabar menunggu. Aku sangat bersyukur akan hal itu.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit, Fachry sudah siap dengan hoodie putih miliknya dan dibalutkan dengan jeans biru muda. Ia sangat tampan hari ini.
Sebelum aku bersiap-siap, ponselku berdering menandakan ada yang menelpon. Tertera nama Devano disana. Ah-yang benar saja, aku lupa jika kami akan sarapan bersama hari ini.
"Halo kak."
"Lo udah siap-siap Ran? Gue share lock ya."
"Baru aja mau mandi kak. Lo duluan aja, Fachry juga udah siap kok."
"Oke, jangan buat gue nunggu ya. Kasian sama Alana."
"Siap" ucapku lalu memutuskan telpon kami. Aku segera beranjak untuk bersiap-siap. Aku sama sekali tak membutuhkan waktu lama. Hanya dengan waktu 30 menit aku telah siap.
Aku berjalan keluar kamar dan mendapati Fachry yang sedang duduk memainkan ponselnya sambil meminum secangkir kopi hangat.
"Ri, kita sarapan sama kak Devano ya?" Ucapku sambil memilih tas yang akan kukenakan hari ini.
"Up to you baby. Mau pergi sekarang?" Tanyanya sambil menatapku lekat. Tatapan Fachry memang tak pernah berubah. Aku pun mengangguk.
...
Author POV.
Saat ini, Rania dan Fachry telah sampai di restoran yang telah dipesan oleh Devano. Rania yakin Devano menunggu cukup lama. Rania tak sabar bertemu dengan Alana, gadis kecil berumur 3 tahun yang tak lain adalah anak dari Devano.
Rania dan Fachry berjalan sambil menautkan tangan mereka. Mereka sangat serasi.
"Aunty!!!" Teriak Alana lalu berlari kecil menunju Rania dan Devano.
"Hati-hati sayang!" Ucap Angel yang sedang mengejar anaknya.
"Hei, apa kabar Alana?" Tanya Rania dengan gemas.
"Baik aunty. Alana rindu sama aunty!!!" Jawab Alana membuat Rania dan Fachry gemas.
Fachry pun menggendong Alana lalu mencium pipi Alana gemas.
"Alana udah makan?" Tanya Fachry.
"Belum. Alana nungguin uncle." Jawab Alana sambil mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah, ayo kita makan sekarang!!" Ucap Rania lalu berjalan mendahului Fachry dan Alana.
"Akhirnya lo dateng juga." Ucap Devano sinis. Rania membuatnya menunggu hampir satu jam lamanya.
"Hehe maaf deh kak. Gue lupa kalau kita ada janji hari ini."
"Pikun." Ucap Devano mengatai Rania. Baru saja Rania akan membalas perkataannya, Fachry sudah berbicara lebih dulu.
"Makan." Potong Fachry dengan nada dingin.
"Ternyata lo masih dingin ya ri." Ucap Angel membuat mereka tertawa.
"Oh iya, kita bakalan balik ke Indonesia buat liburan. Kalian gak mau ikut?" Tawaran Devano cukup bagus.
"Aku belum rindu sih sama indo." Jawab Rania sambil menyengir.
"Iya sih, lo baru setahun disini. Gue udah hampir 3 tahun lamanya gak balik-balik. Gue mau ngecek perusahaan sekalian ketemu sama Vania." Ucap Devano sambil meneguk air putih.
"Kak Vania? Emang ada apa?" Tanya Rania bingung.
"Dia mau nikah." Ucap Devano membuat Rania dan Fachry terkejut. Mengapa sangat tiba-tiba?
"Kok gak bilang ke gue!?" Tanya Rania sedang kesal.
"Acaranya masih bulan depan Rania." Jawab Devano sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rania yang menurutnya masih sama.
"Tetep aja sih. Dia cuma ngabarin kak Devano. Gak asik!"
"Makan." Ucap Fachry, lagi membuat mereka tertawa sekali lagi.
Seperti inilah hidup Rania saat ini. Dipenuhi canda dan tawa. Tak ada lagi waktu untuk memikirkan masa lalu yang kelam. Tak ada lagi kesedihan berkat hadirnya Fachry. Semua masa lalu kelam Rania kini diganti dengan masa depan yang cerah. Terima kasih untuk para pembaca yang sudah setia menunggu kelanjutan cerita ini. Banyak-banyak terima kasih hehe.
Oh ya, mungkin bakal ada bonus chapternya. Nanti bakalan aku up kok! Sekali lagi terima kasih untuk kalian yang udah ngikutin cerita aku dari awal. PELUK JAUH DARI AUTHOR!!
Btw boleh lah ya mampir di lapak baru aku hehe. Nih, dibaca ya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold couple
RomanceRania, seorang gadis yang berharap mendapatkan kebahagiaan kini menemukan kebahagiaannya walau hanya sementara.