Pagi ini, vania bangun lebih awal. Ia langsung menyiapkan sarapan untuk kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya masih sama, masih sakit seperti hari-hari sebelumnya. Beberapa hari yang lalu mereka dipulangkan dari rumah sakit karena kondisinya sudah membaik. Tapi kemarin, ayah dan ibunya kembali drop. Mereka butuh operasi, dan vania belum memiliki uang yang cukup. Ia berharap bisa memenangkan lomba yang di adakan oleh adiknya sendiri, rania.
"Udah lama banget ya nia kamu gak nyiapin sarapan buat kita berdua." ucap ibu vania, ranti.
"Maaf ya bu, aku baru ada waktu luang buat ngelakuin ini. Besok-besok kalau aku ada libur, aku janji bakalan masakin ibu terus." balas vania sambil tersenyum.
"Gak usah dipikirin nia, kita mendingan makan aja." ucap ranti.
"Ayah dimakan ya? Suka gak?" tanya vania pada ayahnya, prabu.
"Suka kok nak, kamu juga makan yang banyak." jawab prabu sambil menyantap masakan vania.
...
Setelah acara sarapan tadi pagi, siang ini vania akan bertemu dengan client. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa tepat waktu datang ke lomba debat itu.
Dilain tempat, rania masih mendengarkan argumen-argumen yang dikeluarkan oleh para peserta. Rania hampir putus asa kali ini. Jika memang kakaknya tak ada disini, lalu kemana kakaknya itu?
Rania dan devano terus menunggu, setidaknya masih ada 200 peserta lagi. Harapan mereka masih ada. Kakaknya pasti mengikuti lomba ini, ya itu pasti.
"Masih semangat kan kamu?" tanya devano pada rania.
"Masih kok kak! aku yakin kita bakalan nemuin dia." jawab rania dengan senyuman namun dapat terlihat dimatanya, ia menyembunyikan kesedihan yang mendalam.
"Yaudah, yuk fokus lagi!" ucap devano meyakinkan rania sambil menggenggam erat tangan rania.
...
kringg kringg kringg
"Hallo?"
"Saya vania yang kemarin mba, saya beneran bisa tampil hari ini kan?"
"Oh iyaa sisa 2 tim lagi giliran kamu"
"Hah? serius? yaudah saya otw kesana ya mba!"
Tutt tutt tutt
Sesampainya vania di gedung tempat perlombaan itu berlangsung, ia langsung mencari dimana keberadaan fany. Dan ya, tepat didepannya adalah fany. Ia langsung menghampirinya dengan sangat buru-buru.
"Saya gak telat kan mba?" tanya vania dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
"Abis ini kamu tampil, sebaiknya kamu ke belakang panggung sekarang." jawab fany sambil tersenyum kepada vania.
Dan, saat nama vania disebut bersama nama kedua orang peserta lainnya rania langsung tersentak. Vania adalah orang yang menyukai fachry. Ini adalah kesempatan rania mengetahui se cerdas apa vania ini.
Karena penasaran, rania mengajak devano untuk turun langsung melihat vania.
"Kak, turun yuk. Gue mau liat se pintar apa vania itu." ucap rania dan langsung di angguki oleh devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold couple
RomanceRania, seorang gadis yang berharap mendapatkan kebahagiaan kini menemukan kebahagiaannya walau hanya sementara.