Pagi ini, rania berniat membicarakan soal pesan yang dikirimkan oleh ayahnya dengan devano. Mungkin saja devano bisa membantu menemukan kakaknya itu. Ia meminta devano mengantarkannya ke sekolah agar ia bisa berbicara dengan devano.
Tak menunggu waktu lama, devano sudah siap dengan mobilnya didepan rumah rania. Rania pun masuk dengan senyuman yang selalu merekah ketika ada disamping devano, kakaknya.
"Morning princess" ucap devano sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.
"Morning too kak vano" ucap rania sambil tersenyum.
"Jadi, ada apa nih rania minta devano yang jemput?" tanya devano pada rania.
Rania pun menceritakan semuanya kepada devano. Devano sempat shock. Kenyataan ini sangat membuatnya terpukul. Kenapa orang tuanya baru mengatakannya? Kenapa mereka harus tau sekarang? Ditambah lagi, orang tuanya telah meninggal.
"Kak vano, gue gak tau harus ngapain. Petunjuknya sangat membingungkan menurut gue kak. Ada banyak orang yang punya boneka teddy bear didunia ini." Jelas rania membuat devano mengangguk.
"Lo bener ran. Ditambah lagi, supirnya papa itu gak tau kemana. Setau gue, dia ngundurin diri dulu." ucap devano sambil memikirkan kembali tentang penjelasan rania.
"Tapi kak, gue punya satu petunjuk lagi." ucap rania sambil menatap devano hingga membuat devano menatap rania dengan tatapan bertanya.
"Yang pasti, dia punya IQ yang sama. Dia punya pemikiran yang sama persis kayak keluarga kita. Dan, dia se angkatan sama fachry." lanjut rania dengan sangat serius.
"Lo emang pinter ran. Tapi, kita mau cari dimana? Ada banyak orang pintar didunia ini rania." ucap devano sambil menatap rania.
"Kita adain debat nasional. Nanti lah kita cari mosinya. Hadiahnya kan gampang. 1M gak bakalan buat lo bangkrut kan kak vano?" tanya rania dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Lo emang selalu jago kalau soal politikin uang gue ran." jawab devano sambil mencubit pipi rania dengan sangat keras.
"KAK VANOOO!!!!"
...
Setelah berbicara dengan devano rasanya beban rania hilang. Walau hanya sebagian. Rania pikir ia akan mengumumkan lomba itu disekolahnya. Dan ia akan meminta angel untuk mengajak kakak kelasnya yang seangkatan dengan fachry. Yah ide bagus. Rania akan membicarakannya dengan temannya saat dikelas nanti.
Ia berjalan menyusuri koridor, dengan tatapan yang selalu saja sama. Datar. Ada banyak siswa (i) yang tersenyum melihatnya. Ia hanya menatapnya, bahkan hanya menaikkan sebelah alisnya.
'Kalau author punya temen kayak rania yang sombongnya selangit, udah author labrak abis-abisan.' -Author.
Sesampainya dikelas, ia langsung menceritakan semua kepada teman-temannya.
"Lombanya mau lo adain kapan?" tanya angel.
"Dua hari kedepan, gue mau lombanya udah siap." jawab rania dengan enteng membuat temannya berteriak.
"HAHHHH!?" ucap mereka bersamaan.
"Rania, lo gila apa? Siapa yang mau nyiapin lombanya? kita lagi sekolah bego." ucap adel sambil memukul pelan keningnya.
"Apa gunanya duit banyak del?" tanya fany yang sedari tadi hanya menatap mereka.
"Hu um, bener tuh." lanjut angel.
"Jangan kayak orang susah dong del!" ucap acha dengan suara khasnya membuat mereka tertawa.
"Oh iyaa fan lo kan ketos disini, jadi lo umumin lombanya ya?" tanya rania kepada fany yang langsung diacungi jempol oleh fany.
Sebenarnya rania tak membutuhkan siswa se angkatan dengannya ataupun adik kelasnya. Ia membutuhkan siswa se angkatan dengan fachry. Tapi ya, sekedar bersedekah gak papa kan? Gak banyak juga.
Rania terus berdoa, semoga rencananya ini berhasil. Dan semoga saja ia dapat menemukan kakaknya itu. Ia penasaran, apakah kakaknya lebih cantik? apakah kakaknya lebih pintar?
Dan, yang terpenting. Apakah kakaknya bisa percaya bahwa rania dan devano adalah saudaranya?
...
Ditempat lain, fachry sedang sibuk dengan tugas kuliahnya yang hampir menumpuk. Ia hanya mengerjakan sebagian, lalu sisanya dikerjakan oleh sekretarisnya. Ada gunanya juga ia memiliki seorang sekretaris yang penurut seperti misya. Padahal misya lebih tua 4 tahun dibanding fachry. Laknat sekali fachry ini. Tapi apa gunanya jabatan? pikir fachry.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya, fachry meminta misya untuk membawakan tugas lainnya ke rumah fachry. Lalu, ia akan mengumpulnya dan setelah itu akan ke kantor untuk melihat perkembangan ruangannya yang di renovasi oleh sahabatnya, Sandi.
Pukul 16.00 setelah semua tugas kuliahnya selesai, ia pun mengunjungi kantornya yanh sedari pagi tak ia kunjungi. Semoga saja Pak Wira mengerti dengan alasan fachry.
Fachry pun berjalan masuk kedalam kantor, dapat dilihat ada banyak sekali karyawan wanita yang menatapnya seperti sedang kelaparan pikir fachry. Fachry se bisa mungkin membalas sapaan mereka. Ia tak ingin terlihat angkuh disini.
"Selamat siang pak, apa bapak ingin menggunakan ruangan saya untuk sementara? Karena setahu saya ruangan bapak sedang direnovasi." Ucap mananger HRD itu. Fachry tak tahu siapa namanya. Tapi yang pasti, penampilannya sangat berlebihan menurut fachry.
"Terima kasih sebelumnya, tapi saya akan menempati ruangan pak wira untuk sementara waktu ini. Karena untuk beberapa waktu ini, ia akan pergi berlibur ke Malaysia bersama keluarganya." jelas fachry membuat mananger itu tertunduk malu karena ada banyak pasang mata yang melihatnya di tolak oleh atasannya.
"Sudah sudah, sekarang semuanya kembali ke pekerjaan masing-masing." lanjut fachry lalu menjauh dari keramaian itu.
Baru saja ia ingin memasuki ruangan pak wira sudah ada lagi yang mengganggunya. Siapa lagi kalau bukan vania?
"Ri gue denger rania ngadain lomba debat nasional ya?" tanya vania kali ini dengan serius. Tak seperti biasanya.
"Tau dari mana lo?" ucap fachry dengan tatapan menyelidik.
"Udah tersebar di sosmed. Hadiahnya lumayan gede." jelas vania dengan memperlihatkan ponselnya kepada fachry. Fachry hanya melihatnya lalu pergi dari hadapannya.
'untuk saat ini, lo bisa ngehindarin gue. tapi bakal tiba saatnya, gue yang ngehindarin lo.' batin vania
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold couple
RomanceRania, seorang gadis yang berharap mendapatkan kebahagiaan kini menemukan kebahagiaannya walau hanya sementara.